Politik Ala De Gadjah: Komitmen Persaudaraan di Atas Tanggung Jawab Jabatan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Saya bersamanya kurang lebih lima tahun berjalan. Kala itu, saya dipertemukan oleh sahabat seangkatan di pesantren yang ada di Gerindra Pusat, Mukhlis namanya.
Dia menawarkan, “ayok Gabung ke Gerindra, bung. Ikut pelatihan di Hambalang, nanti saya sambungkan ke Pimpinan Gerindra Denpasar, Made Muliawan Arya (De Gadjah) untuk rekomendasikan kamu”. Singkat cerita dengan segala pertimbangan saya iyakan.
Baca juga:
Momen De Gadjah Bahagia Meski Berdarah-darah Ikut Perang Pandan di Tenganan: Saya Atur Ayah
Sehabis pendidikan itulah saya bersamanya, baik di kantor maupun turun ke masyarakat. Selama itu pula saya dapat mengenalnya lebih dekat, baik cara berpikirnya dan model kerjanya serta komitmen politiknya.
Tulisan singkat ini, saya ingin fokus menulis tentang politiknya. Menurut saya, ada sesuatu yang menarik dari politik De Gadjah. Baik dari segi proses, maupun komitmen politiknya.
Hemat saya, keberhasilan politik pemula itu ada tiga : money politik, investasi sosial, luasnya keluarga/kawan. Dan pada diri De Gadjah, saya melihat keberhasilannya tidak lepas dari luasnya kawan dan investasi sosial.
Proses Politik De Gadjah
Menurutnya, tidak pernah terbesit dalam dirinya akan menjadi seorang politikus apalagi anggota dewan. Hidup muda di jalanan, sekian pengalaman manis-pahit sudah dirasakan.
Kemudian ada kondisi keras yang dapat merubah dirinya untuk menjadi lebih baik, yakni ketika dirinya harus dipenjara sebab kenakalan remaja. Kemudian sang Ibu menyambanginya ke penjara tempat dirinya tinggal. Dalam hatinya berbesit “Saya harus berubah untuk membuat ibu tersenyum”.
Singkat cerita, selesai dipenjara De Gadjah berangkat merantau jauh ke luar negeri. Tentu bukan hal yang mudah, meninggalkan tanah kelahirannya, Bali, dan jauh dari keluarga. Namun tekad dalam hatinya untuk berubah menjadi insan yang lebih baik tak terbendung. Amerika menjadi pilihannya.
Di Amerika dirinya sempat mencapai puncak yang gemilang, namun lagi-lagi ujian menimpanya yang mengharuskan kembali ke tanah kelahirannya, Bali-Indonesia. Saat di Bali mendapat tawaran bergabung menjadi pengawal Bapak Prabowo, sampai akhirnya didorong oleh sahabat/kawannya maju sebagai Calon Anggota DPRD Kota Denpasar.
Seorang anak muda yang terlahir dari keluarga sederhana dan tidak memiliki modal/keuangan besar untuk maju sebagai Calon Anggota DPRD Kota Denpasar, selain modal pertemanan. Modal itulah yang menjadi keyakinan serta niat membantu orang untuk menjadi dirinya lebih baik dan bermanfaat.
Dari satu pintu ke pintu kawan dan keluarganya untuk memohon dukungan. Dalam satu hari, bisa 5-15 dikunjunginya. Tanpa disangka pula, kawan dan keluarganya ikut bersimpati tidak hanya membantu suara untuknya, namun juga menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu De Gadjah.
“Dan saya tidak akan lupa akan bantuan mereka. Bahkan saya catat sebagai pengingat bagi saya, bahwa keberhasilan saya tidak lepas dari mereka,” ungkapnya.
Terbukti, De Gadjah terpilih sebagai Anggota DPRD Kota Denpasar dengan memperoleh suara terbanyak di Dapilnya pada 2014. Suatu pencapaian yang memuaskan. Dari situlah karir politiknya berlanjut dan harus membuktikan, bahwa dirinya benar-benar menjadi wakil rakyat. Wakil yang tidak hanya mendengar aspirasi, tetapi juga memberikan solusi atas segala problematika masyarakat.
Politik Ala De Gadjah
Politik yang diterapkan olehnya adalah politik saudara dan keluarga. Artinya, di hatinya, masyarakat adalah tanggung jawabnya, dan suatu kewajiban untuk melayani. Selama saya bersamanya, saya melihat langsung bagaimana politik yang diterapkan olehnya.
Dia rutin turun, silatirahim, simakrama, dari situlah emosional terbangun dan aspirasi tersampaikan. Bahkan tidak jarang, dirinya kebingungan masalah keuangan dari saking banyaknya kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi.
Pada suatu ketika, saya menghadap menyampaikan permohonan bantuan sebuah acara dari masyarakat. Dia menghela nafas dan berkata, “Kita bantu semampunya ya, wan. Kita niatkan mencari saudara, kalau bantuan diniatkan politik, tidak akan ada habisnya. Tapi jika diniatkan membantu dan bersaudara, sampai mana kemampuan saya, sampai disitu pula saya akan membantu”. Saya hanya tersenyum dengan hati terbesit, ‘niat dan hatinya sangat tulus untuk membantu’.
Dari dirinyalah saya melihat politik yang sesungguhnya, politik dengan asas kemanfaatan, politik jangka panjang, politik dengan komitmen persaudaraan di atas tanggung jawab jabatan. Dari dirinya pula saya ingin meluaskan semangat politiknya kepada kader-kader yang berjuang di politik, tentu hal ini tidak mudah, mengingat pola pikir masyarakat yang terbangun masih banyak yang beranggapan politik itu instan dan kotor.
Komitmen Toleransi De Gadjah
Kala itu, saya berdua di pesawat duduk bersebelahan menuju ke Jakarta atas sebuah tugas partai. Kemudian saya dibuat terkejut atas pertanyaannya :
Baca juga:
Pertina Bali Evaluasi Pra PON I, De Gadjah Ungkap Strategi Agar Lebih Maksimal di Pra PON II
“Siapa kiai yang bisa kita sowani, wan?”
“Serius, pak?,” tanya saya serius.
“Iya,” jawabnya singkat.
Singkat cerita, silatutahim/sowan bersama Kiai Ahmad Azaim Ibrahimy terjadi. Kami berangkat bersama rombongan pengurus Partai Gerindra Bali, disambut hangat penuh keakraban di dhalem/kediaman beliau.
Inti obralan itu :
De Gadjah : Kiai, kami mohon do’a restu dan siap serta berkomitmen memperkuat hubungan antar umat bergama dengan toleransi.
Kiai Azaim : Alhamdulillah… Semangat kita sama. Karena pesantren memiliki tanggung jawab menjaga bhineka tunggal ika dan menjungjung tinggi toleransi. Kami titip saudara Muslim di Bali.
De Gadjah : Siap, Kiai.
Pemilu kali ini, dirinya maju sebagai Calon Anggota DPRD Provinsi (Dapil Denpasar). Tujuannya sederhana, agar kekuasaannya semakin luas dan semakin mudah membantu masyarakat. Saat ini pula, beban di pundaknya sangat besar, selain Wakil DPRD Kota Denpasar, dirinya juga dipercaya oleh Bapak Prabowo sebagai Ketua GERINDRA Provinsi Bali. Selamat berjuang, Pak De.
Selesai……..
Penulis :
Wandy Halona
Editor: Robby
Reporter: Gerindra Bali