Tak Cuma Gigitan, Rabies Bisa Menular dari Jilatan Anjing
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Penularan penyakit rabies bisa terjadi pada manusia tak cuma dari gigitan anjing atau hewan penular lainnya. Menurut Ahli dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penularan juga dapat terjadi tanpa gigitan misalnya melalui luka terbuka.
Anjing atau hewan lain yang berpotensi membawa virus rabies dalam air liurnya seperti kucing atau kera bisa menularkan melalui jilatan ke area kulit yang terbuka di tubuh manusia.
"Jadi, kalau kita dijilat oleh anjing yang sakit rabies, apalagi kalau kita ada luka, itu bisa masuk virus rabies," jelas Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, Dr. dr. Novie Homenta Rampengan, SpA(K), DTM&H, MCTM (TP), disiarkan Antara, Sabtu (17/6).
Novie juga memaparkan penularan penyakit rabies bisa terjadi melalui transplantasi organ. Penerima organ dikatakan bisa meninggal dunia.
Masa inkubasi rabies di tubuh manusia dijelaskan sekitar dua pekan sampai dua tahun, ini merupakan periode antara pajanan terhadap patogen hingga gejala-gejala pertama kali muncul.
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan perjalanan penyakit rabies pada tubuh manusia kira-kira berlangsung 90 hari.
Pada tubuh manusia, virus rabies akan bereplikasi di jaringan otot di sekitar lokasi gigitan atau area kontak, lalu naik ke otak, berkembang biak, kemudian menjalar ke seluruh organ tubuh.
Gejala penyakit rabies pada manusia misalnya lesu, demam, sakit tenggorokan, nyeri, kesemutan dan rasa panas pada area gigitan. Lalu pada tahap selanjutnya muncul gangguan saraf seperti berkeringat, air mata menetes, kesulitan bernapas, sampai tubuh tak mampu menerima asupan air minum.
Penanganan rabies sebaiknya cepat dilakukan sebelum muncul gejala. Jika gejala sudah muncul maka tingkat kematian disebut nyaris 100 persen.
Novie menekankan tidak semua gigitan anjing mengandung penyakit rabies. Saat insiden itu terjadi pada seseorang disebut penanganan pertama adalah tetap tenang, mencuci luka dengan air mengalir dan sabun, detergen atau antiseptik, agar virus terbawa keluar, selama 10-15 menit.
Setelah hal itu dilakukan korban disarankan mengecek status ke Puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan vaksin atau serum antirabies jika diperlukan.
"Rekomendasi dari WHO kurang lebih sama, kalau cuma kena jilatan cukup dicuci saja, tidak perlu divaksin. Sedangkan bila luka terbuka, apalagi banyak, berarti lihat status endemisitas apakah wilayah rabies atau tidak," kata Novie.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net