Memasarkan Produk Lokal Bali Secara Online
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Perkembangan teknologi internet telah memunculkan dan membuka peluang bagi bisnis e-commerce yang ditandai dengan bermunculannya toko-toko online.
BACA JUGA:
Di Tengah Persaingan Ketat, Mailaku.com Siap Bantu Pebisnis Kopi Luwak Bali
UMKM Bali Belum Bisa Penuhi Permintaan Pasar
Agar Bisa Maju, UMKM Bali Perlu Inovasi
Hingga pada akhirnya juga hadir toko online lokal yang mencoba membantu memasarkan produk-produk lokal, seperti yang kini berkembang di Bali. Salah satu toko online yang mencoba menggarap pasar lokal Bali tersebut adalah mailaku.com.
[pilihan-redaksi]
Pendiri mailaku.com I Ketut Adi Sutrisna menyampaikan ide awal pendirian mailaku.com lebih pada upaya memfasilitasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Bali dalam melakukan promosi dan pemasaran. Dimana para UMKM memiliki modal yang terbatas sehingga kesulitan dalam melakukan promosi dan pemasaran di era digital.
“Saya berpikir dan melihat kondisi finansial, modal para pelaku UMKM tersebut. Saya mencoba membuatkan “rumah” atau web marketplace yaitu mailaku.com, dengan segmentasi Bali. Harapan saya agar para UMKM yang tidak punya modal atau modal besar, bisa memasarkan produknya secara online dan gratis di website mailaku.com,” jelas Tut Adi saat dikonfirmasi di Denpasar pada Sabtu (10/8).
Menurut Tut Adi, maillaku.com yang resmi dijalankan sejak Juli 2015 memiliki filosofi yang sederhana. Mailaku.com berasal dari kata mai yang dalam bahasa Bali artinya kemari atau kesini dan laku artinya terjual. Hal ini karena segmentasinya adalah untuk para pelaku UMKM di BALI. Jadi makna mailaku.com adalah mengajak pelaku UKM utk memasarkan Produknya yang dijual di mailaku.com, pasti laku atau terjual.
Pria kelahiran Singaraja, 27 Oktober 1979 tersebut mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada 2.097 anggota yang terdaftar di mailaku.com. Mereka bisa langsung bertransaksi dan mailaku.com tidak mengambil keuntungan apapun dari proses transaksi tersebut. Namun tantangan yang masih menjadi kendala saat ini adalah meningkatkan kualitas produk yang dipasarkan.
“Dimana produk-produk yang dipasarkan harus memiliki kualitas yang baik. Dalam Sistem kita ada scorring atau penilaian yang dilakukan oleh pembeli. Skor ini bertujuan sebagai indikator mengenai kwalitas produk UMKM,” ungkap pria yang punya hobi berselancar di internet.
Tut Adi berharap ada kolaborasi antara mailaku.com dengan pemerintah dalam hal ini Dinas Koperasi Kabupaten atau Kota dan Provinsi untuk membantu memasarkan produk UKM di Bali agar go online dan mampu bersaing di dunia global. Tentu didukung dengan pelatihan digital marketing dan pengemasan produk agar memiliki nilai jual.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna internet di indonesia umumnya dan Bali pada khususnya yang setiap tahun meningkat. Kondisi ini dipastikan akan membuat bisnis jual beli secara online semakin menjanjikan. Belum lagi pemasaran dan promosi produk UKM kini juga semakin gencar dilakukan melalui media sosial.
“Mailaku.com ada media sosial, seperti halaman facebook, instagram, youtube, dan lain-lain, selain di web mailaku.com, produk-produk juga disebarluaskan melalui media sosial,” papar pria yang memiliki motto hidup terus belajar karena pengetahuan tidak ada habisnya.
Made Sumariani, seorang agen distributor dupa Bali lebih memilih memasarkan barang dagangan melalui media sosial, seperti instagram dan facebook. Pemasaran melalui facebook dan instragram dipandang lebih sesuai dengan target pasar, karena cenderung yang membeli adalah teman-teman jaringan media sosial yang sudah dikenal.
“Kalau melalui media sosial kan yang membeli teman sendiri yang sudah diketahui karakter dan kebutuhannya, belum lagi promosi jadi gratis, tidak banyak aturan, ya cuma harus pintar-pintar cara pengemasan dan cara promosi,” ungkap perempuan kelahiran Buleleng tersebut.
Sumariani berpandangan pemasaran produk melalui media sosial juga menjadi upaya meminimalkan kesalahan dalam memanfaatkan media sosial, karena tidak jarang orang memanfaatkan media sosial untuk menyebar hoaks, cacian dan makian. Pemasaran melalui media sosial pada sisi lain juga meminimalkan biaya sewa tempat dan biaya operasional.
“Apabila kita buka toko, ya kalau punya tempat, kalau tidak maka sewa tempat lagi. Belum lagi harus jaga toko, perlu biaya untuk bayar pegawai. Nah kalau online bisa sambil mengerjakan hal-hal lain,” papar wanita 34 tahun ini yang juga berprofesi sebagai guru Taman Kanak-Kanak (TK) Taman Kurnia di Denpasar.
Senada dengan Sumariani, salah satu warga Denpasar bernama Oning Widiyanti menyampaikan lebih memilih belanja online dari promosi yang ada di media sosial, salah satunya yang ada di instagram. Menurutnya, toko online yang berpromosi melalui instagram cenderung dapat dipercaya.
“Karena kebanyakan akun-akun olshop yang memang terpercaya itu promosinya di IG, yang disasar juga anak-anak muda , jadi lebih tahu keperluan anak muda,” kata gadis kelahiran 1998 yang hoby travelling.
Oning mengakui minimal dalam sebulan satu kali melakukan pembelian melalui online. Hal ini karena menurutnya, belanja online memiliki banyak keuntungan. Selain barang yang ditawarkan harganya lebih murah, juga bisa memilih barang yang diinginkan dari rumah.
“Alasan pertama, karena lihat review atau modelnya bagus atau testimonynya bagus. Jadi gampang buat langsung pesan. Terus gak perlu keluar rumah buat belinya,” jelas wanita berzodiak Scorpio ini.
BACA JUGA:
Situs Jual Beli Mailaku.com Siap Bantu 265.558 UMKM di Bali
Genjot UMKM Bali, Pemprov Siap Kerjasama dengan Mailaku.com
Mailaku.com Siap Bantu Pengrajin Perak Tradisional Bali
Dalam upaya mewujudkan pemerataan informasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di era digital, Pemerintah Provinsi Bali sejak Desember 2018 telah menjalankan program internet atau wifi gratis hingga tingkat desa. Pada tahun 2019 ini, Pemerintah Provinsi Bali menargetkan pemasangan sebanyak 1.825 Access Point. Pemasangan wifi ini dilakukan secara bertahap dan di tahun 2020 ditargetkan telah terpasang sekitar 4.157 titik di seluruh Bali.
Sayangnya pemanfaatan wifi gratis belum optimal, salah satunya akibat daya jangkauan yang masih sangat terbatas. Dampaknya masyarakat yang ingin mendapatkan akses wifi gratis harus menuju balai desa atau balai banjar. Seperti salah satunya diakui oleh pemilik warung di Denpasar, Juliani.
“Wifi tidak terjangkau hingga kerumah saya, sehingga saya tidak bisa menikmati seperti itu sehingga harapan saya mungkin jangkauannya diperluas ya, sehingga warga desa bisa menikmati seperti pedagang kecil seperti saya, jadi sambil duduk di rumah jagain anak , sambil buka internet gratis untuk memasarkan barang dagangan,” ungkap Juliani.
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistika Provinsi Bali Nyoman Sujaya mengungkapkan penyediaan wifi gratis diharapkan akan lebih memudahkan dalam mempromosikan keunggulan yang ada di desa.
“Kita harapkan wifi yang kita siapkan di desa-desa, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mempromosikan produk-produk unggulan yang ada di desa-desa. Kita harapkan dapat dimanfaatkan secara positif,” ungkap Sujaya.
Sebagai tindaklanjut dari pemasangan wifi gratis, Sujaya mengaku telah menyiapkan rencana pendampingan dan bimbingan teknis bagi pelaku UKM di Bali terkait pemanfaatan wifi untuk promosi dan pemasaran produk secara online. Program pendampingan tersebut rencananya akan mulai digulirkan pada awal 2020 dengan pendanaan mencapai Rp. 500 juta.
”2020 ini kita menganggarkan sekitar 500 juta untuk pendampingan saja, diluar pengembangan, jadi kedepannya mari kita kawal sama-sama , terutama teman-teman dari media, yang penting ada peningkatan ekonomi dari masyarakat kita terutama masyarakat, ini kan potensi-potensi di desa banyak yang harus digali,” jelas Sujaya.
Hotel-hotel di Bali kini juga telah menerapkan promosi dan pemasaran secara online dan mulai mengurangi pemasaran melalui travel agent atau biro perjalanan wisata. Sebagai sebuah contoh hotel di kawasan wisata Ubud kini sebagian besar telah memanfaatkan online travel agent untuk menjaring wisatawan milenial. Padahal sebelumnya pengelola hotel hampir 60 persen mengandalkan offline travel agent. Mengingat saat ini dari 10 orang hampir 8 orang menggunakan gadget dan 7 orang diantaranya aktif dengan gadget-nya. Hal ini salah satunya diakui oleh Wakil Ketua Ubud Hotel Association (UHA) I Wayan Parka.
Parka mengatakan dengan penerapan sistem online pelayanan dan pemasaran menjadi lebih cepat. Namun disisi lain sistem online menyebabkan hilangnya pelayanan yang mengutamakan kedekatan pribadi.
“Pendekatan pribadi yang hilang, karena kalau kita menggunakan travel online kita bicara dengan mesin. Seperti kita melakukan pemesan menggunakan handphone, tapi kita tidak tahu pelayanan dan segala macam, kalau dengan offline travel agent kita bicara dengan manusia. Tapi kalau mau cepat dan efisien harus digital,” ujar Parka.
Parka mengungkapkan setiap perubahan sistem pasti ada plus-minusnya. Salah satu keuntungan dengan sitem online di era teknologi digital yaitu pemasaran menjadi lebih cepat dan keuntungan menjadi lebih tinggi.
BACA JUGA:
Mailaku.com Siap Bantu Usaha Ribuan UMKM di Bali
HUT ke-10, Beritabali.com Luncurkan Mailaku.com
UMKM Bali Didominasi Kerajinan, Kuliner, dan Busana
UMKM Bali Keluhkan Kendala Promosi Produk
Promosi dan pemasaran secara online di sektor pariwisata diharapkan dapat mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Bali, terutama peningkatan kunjungan wisatawan milenial. [bbn/muliarta]
Reporter: bbn/mul