search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pencemaran di Teluk Bima Fenomena Ingus Laut
Jumat, 29 April 2022, 20:50 WITA Follow
image

beritabali/ist/Pencemaran di Teluk Bima Fenomena Ingus Laut.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NTB.

Limbah mirip jelly foam seluas lebih dari 10 hektare yang mencemari Teluk Bima, Nusa Tenggara Barat sejak Selasa (26/4), diklaim bukanlah tumpahan minyak, yang diduga berasal dari kegiatan Pertamina di sekitar lokasi perairan. 

Namun merupakan sebuah fenomena yang lebih menjurus ke “Sea snot”. Sebuah istilah untuk fenomena lendir laut atau ingus laut. Yakni sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut.

Hasil pantauan lapangan Pemerintah Kabupaten Bima melalui Tim DLH kabupaten Bima, bahwa gumpalan yang terjadi ini bukan tumpahan minyak, sebagaimana spekulasi selama ini.

“Dugaan sementara berasal dari lumut atau ganggang laut,” kata Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Bima, Suryadin SS dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/4). 

Namun, untuk memastikan penyebab fenomena tersebut, pihak DLH Kabupaten Bima telah mengambil sampel air laut dan gumpalan tersebut dianalisa lebih lanjut di laboratorium.

“Namun untuk kesimpulan apa penyebab pasti dari fenomena tersebut baru bisa diketahui secara pasti setelah ada hasil dari laboratorium,” kata Yan, sapaan karibnya.

Meski harus menunggu hasil lab, tapi pihaknya melalui Tim DLH menyimpulkan fenomena di Teluk Bima lebih menjurus ke “Sea snot”. Sebuah istilah untuk fenomena lendir laut atau ingus laut yang merupakan sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut.

Sifatnya yang mirip gelatin dan krim umumnya tak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteria, termasuk E- coli. Lendir laut sering muncul di Laut Tengah dan baru-baru ini menyebar ke Laut Marmara Turki.

“Salah satu penyebabnya karena pemanasan global, juga banyaknya buangan limbah tanpa pengolahan terlebih dahulu yang terakumulasi selama ini menuju Teluk Bima serta akibat naiknya temperatur air laut,” papar Yan.

Kerusakan tersebut berdampak jangka panjang pada biota laut seperti ikan yang mati dan kesehatan manusia. Permukaan Teluk Bima Rabu 27 April 2022 hari ini terlihat aneh, berwarna cokelat dan terlihat kotor. Dari kejauhan nampak seperti corak gurun pasir dan ramai jadi tontonan warga.  

Informasi dari warga setempat, permukaan air laut ditutupi seperti gumpalan salju namun berwana cokelat pekat. Ketika digenggam, benda itu berbusa dan  lengket seperti mengandung cairan minyak. Warga juga merasakan aroma amis.

Kondisi itu terlihat sejak tiga hari lalu dan semakin parah karena pencemarannya kian meluas sepanjang Pantai Wadumbolo hingga objek wisata Pantai Amahami dan Lawata.

Warga juga menyaksikan ikan ikan mati bersama biota laut lainnya seperti kepiting dan kerang. 

Dampak dari pencemaran ini, biota laut banyak yang mati, termasuk ekosistem perairan rusak. Serta hasil tangkapan nelayan menurun. 

Sementara tidak jauh dari area yang tercemar, terdapat kapal tangker yang memuat bahan bakar. Kapal itu sedang docking tidak jauh dari dermaga bongkar PT. Pertamina (persero) Suplai & Distribusi Region Terminal Bima.

Pihak PT Pertamina masih melakukan investigasi terkait temuan tersebut bersama Dinas Lingkungan Hidup.  

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Walhi) NTB menduga pencemaran di Teluk Kota Bima disebabkan oleh tumpahan limbah minyak di sekitar pantai. Hal itu berdasarkan data dan informasi yang dihimpun tim Walhi NTB.

Reporter: bbn/lom



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami