search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Upacara Tumpek Bubuh Sebagai
Senin, 10 Desember 2007, 15:05 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Walikota Denpasar Drs AAN Puspayoga selaku ketua APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) diberikan kesempatan berbicara dihadapan para delegasi United Nation Conference for Climate Change (UNCCC) di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua Bali Senin (10/12).



Dalam kesempatan tersebut, Puspayoga memperkenalkan ritual Tumpek Bubuh sebagai tradisi masyarakat Bali yang merupakan salah satu bentuk penghargaan dan upaya pelestarian lingkungan.


Puspayoga menegaskan, sebagai local genius, Tumpek Bubuh merupakan upacara ritual bagi tanaman yang dilaksanakan masyarakat Bali. Dalam upacara tersebut, masyarakat Bali diajarkan menyayangi tanaman dan lingkungan serta berbuat maksimal untuk kelestariannya.



“Local genius ini mendidik masyarakat Bali senantiasa menjaga hubungan yang harmonis dengan alam dan melestarikannya,” jelas ketua APEKSI kepada anggota delegasi dari berbagai negara dunia baik utusan pemerintah, LSM lingkungan dan media massa nasional-internasional.

Disamping memberikan pidato, juga Walikota Kyoto Jepang Yorikane Masumoto, Walikota London Nicky Gavron, Presiden Direktur ICLEI Local Government for Sustainability, David Chapman serta pimpinan badan dunia untuk pemberdayaan pemerintah lokal lainnya di forum diskusi World Mayor Council on Climate Change (Dewan Walikota Dunia Untuk Perubahan Iklim).

Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Konferensi Perubahan Iklim Global (UNCCC) di Nusa Dua Bali. Selain upacara Tumpek Bubuh sebagai local genius, Ketua APEKSI Puspayoga juga menyinggung Hari Nyepi ( Nyepi Day ) sebagai upaya masyarakat Bali untuk melestarikan lingkungan.

“Pada saat Nyepi hampir tidak ada emisi karbon dan panas serta polusi udara, karena tidak adanya aktifitas manusia,” ujar Puspayoga.

Pihaknya berharap melalui forum dunia ini, dapat diambil manfaat yang positif bagi upaya-upaya pelestarian lingkungan dan mengurangi efek gas rumah kaca yang menjadi penyebab perubahan iklim global.

Senada dengan Puspayoga, Walikota Kyoto Jepang Yorikane Masumoto dalam sambutannya meminta PBB tidak mengabaikan potensi pemerintah lokal.

“Pemerintah lokal punya kekuatan dan semangat untuk menggerakkan masyarakatnya dalam mengantisipasi perubahan iklim ini,” tegas Masumoto.



Bahkan pihaknya mendorong agar konferensi ini segera menghasilkan langkah nyata setelah ditetapkannya Protokol Kyoto. “Kami bangga dengan keberhasilan penetapan Protokol Kyoto yang dicapai di kota kami, namun kami berharap segera ada langkah nyata untuk memenuhi ketentuannya,” jelasnya. (adv*)

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami