search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pengerajin Suvenir Keluhkan Perhatian Pemerintah
Selasa, 25 Desember 2007, 07:10 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Pengerajin suvenir bakalan yang tersebar di dua Dusun yakni Banjar Dinas Alas Ngandang dan Banjar Kupakal di wilayah Desa Pempatan Rendang, Karangasem mengeluhkan kelangkaan bahan baku serta pelonjakan harga bahan baku dalam bulan-bulan belakangan ini,

 

padahal didua dusun yang berada di Pedalaman tidak jauh dari Kawasan Besakih itu, mayoritas warganya menggantungkan hidup dari memproduksi aneka kerajinan bakalan ini.



Kelangkaan bahan baku serta melonjaknya harga yang menjadi kendala pengerajin setempat diakui oleh Kelian Desa Adat Alas Ngandang, I Wayan Wendra Ariawan. Kepada Beritabali.com, Wendra mengatakan selain bahan baku yang menjadi kendala utama, juga kurang didukungnya program promosi terhadap produk kerajinan yang diproduksi di Pempatan itu.


“Bahan baku berupa kayu jenis Albesia belakangan ini mulai menipis, karena jenis kayu ini kini mulai banyak dimanfaatkan untuk bahan bangunan,terutama untuk keperluan proyek atau perumahan mengingat harga kayu bahan bangunan mengalami pelonjakan drastis,“ ujar Wendra.

Dengan menipisnya persediaan, keadaan itu diperparah lagi dengan melonjaknya harga bahan baku. Malahan terkadang, sebut Wendra para kelompok Pengerajin di desanya terpaksa harus mendatangkan bahan baku dari luar kabupaten seperti Suter, Bangli atau bahkan dari luar pulau.

Padahal dari hasil pantauannya dengan aktivitas warga menjadi
pengerajin bakalan itu cukup signifikan menekan angka pengangguran. Wendra menyebut belakangan ini di dua dusun di desa Pempatan itu nyaris tidak ditemukan adanya pengangguran karena hampir semua warganya menggeluti profesi yang sama (pengerajin suvenir, red).

“Rata-rata warga disini menggantungkan hidup dari menjadi pengerajin, terutama bagi generasi muda, malah juga membantu para pelajar hingga mereka yang putus sekolah,“ bebernya.

Sedikitnya, menurut Wendra terdapat 50 Kelompok Pengerajin dengan masing-masing kelompoknya mempekerjakan belasan orang. Aktivitas pengerajin itu sendiri tidak terlepas dari peran pengepul yang banyak datang dari Kawasan sentral seni, Gianyar Bali.

Didesa ini, pengerajin hanya sebatas bakalan selanjutnya oleh pihak pengepul akan menggarap finishing-nya (hasil akhir, red). Penghasilan yang diperoleh pengerajin terhitung banyak sedikitnya produk yang dihasilkan ,rata-rata perharinya berkisar antara Rp.35.000 hingga Rp.50.000.

Untuk mendongkrak aktivitas warga setempat, Wendra berharap peran serta Pemerintah selain membantu mengupayakan pengadaan bahan baku yang relatif murah juga membantu dalam hal promosi.

 

Harapannya kedepan setelah bisa memproduksi, kelompok pengerajin juga bisa menjual langsung hasil produksinya kepada konsumen, terlebih untuk proses finishing kerajinan souvenir yang lebih banyak bermotif binatang itu telah banyak bisa dikerjakan oleh pengerajin setempat.

“Jika hasil produksi kerajinan mereka bisa langsung ketangan konsumen, tentu hasilnya akan lebih menggembirakan dan ujung-ujungnya bisa lebih mensejahterakan para pengerajin setempat,“ harap Wendra. (kkk)

Reporter: bbn/nod



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami