search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Lestarikan Budaya Seni Sakral
Minggu, 27 April 2008, 18:10 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Ajang kegiatan presentasi gamelan gender di Puri Ayodya Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng, Minggu (27/4) merupakan satu terobosan di dalam mengenalkan dan melestarikan budaya seni sakral gender. Alunan seperangkat gamelan yang disebut gender, kerap kita dengarkan bila menyaksikan adanya pertunjukan wayang kulit, sehingga antara tabuh gender dengan seni wayang kulit tidak bisa dipisahkan, demikian terungkap dalam presentasi gamelan gender di Puri Ayodya di Kawasan Wisata Lovina yang digelar Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Buleleng bersama Peguyuban Gender Mustika Dewi Paramita Desa Pemaron.

“Budaya seni sakral gender di Kabupaten Buleleng masih langka sehingga diperlukan berbagai inovasi untuk mengenalkan seni budaya itu kepada masyarakat, khususnya generasi muda, bahkan antara gemelan gender dan wayang kulit tidak bisa dipisahkan,” ungkap Ketua Peguyuban Gender Mustika Dewi Paramita, Ketut Mustika. Disamping sebagai upaya melestarikan Seni Sakral Gender, seni yang langka tersebut banyak manfaat yang diperoleh.

”Seni gamelan ini mampu menumbuhkan rasa senang dan damai, selain itu merupakan pengobatan stres, meredam rasa emosi dan egois untuk sabar disamping sebagai kelengkapan kegiatan keagamaan,” Ketut Mustika. Dalam kegiatan presentasi gamelan gender di Puri Ayodya, selain melibatkan sejumlah Peguyuban Gender se-Kabupaten Buleleng juga melibatkan para Dalang Wayang Kulit dan sejumlah tokoh adat serta para seniman di Buleleng.

Reporter: bbn/sin



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami