search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Isu Kekeringan dan Hak Cipta Mencuat
Minggu, 28 September 2008, 15:09 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Salah satu janji pasangan Made Mangku Pastika-Puspayoga semasa kampanye Pilkada akhirnya diwujudkan juga. Janji itu tiada lain adalah menggelar open house di wantilan DPRD Bali, Renon, Minggu (28/9).



Acara open house kali pertama dihadiri sekitar seribu peserta berasal dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari petani, mahasiswa, profesional, guru, berbagai organisasi kemasyarakatan, perajin, guru besar, pengusaha konstruksi sampai rohaniawan.



Awalnya dijadualkan ada 35 pembicara yang sudah didaftar sebelum acara. Namun karena Gubernur memberikan toleransi akhirnya bertambah menjadi 38 orang. Isu masalah yang mencuat antara lain masalah kekeringan, hak cipta, krusial masalah pilrek ISI, kawasan suci pura Uluwatu, belum cairnya tunjangan profesi guru, dan masalah sosial kemasyarakatan lainnya.


Masalah kesulitan air akibat kekeringan disampaikan Ketua LSM 'Api Semar', Nyoman Pasek. Pasek yang juga seorang pengacara ini mengatakan, daerah Kubu, Abang dan Seraya hingga saat ini masih mengalami kekeringan dan sulitnya mendapatkan air bersih. Melalui LSM yang dipimpinya, dia sudah mencoba minta bantuan ke Pemkab Karangasem. Namun dari kebutuhan 30 tangki yang baru terpenuhi hanya 1 tangki. Untuk itu pihaknya mohon bantuan mobil tangki guna melancarkan pendistribusian air bersih ke kantong-kantong daerah kering.

Atas keluhan masalah kekeringan tersebut, Gubernur Pastika mengakui selama ini telah terjadi ketidakadilan dalam mendapatkan pemenuhan air bersih di Karangasem. Kalaupun ada dari PDAM yang menjual air ke daerah tandus itu, harganya relatif mahal yakni mencapai Rp 50 ribu/m3. Sementara di kota Denpasar harganya Rp 700/m3.

"Ini jelas tidak adil. Untuk itu kesulitan air bersih harus terpecahkan, sehingga masyarakat yang hidup di daerah kekeringan bisa juga menikmati air," ujar Mangku Pastika. Sebab, bila masalah air ini tidak tertanggulangi, maka masalah pengemis juga akan sulit diputus karena dilatarbelakangi kemiskinan yang berawal dari kekeringan.

Usai acara, seluruh peserta (kecuali yang menjalankan puasa) disuguhi nasi bungkus 'Jinggo' khas Denpasar. Saat pembagian nasi, Gubernur sempat menolak tidak ingin dinomorsatukan dalam mendapatkan jatah.



"Silakan berikan dulu mereka (peserta), jangan ke saya," ujar Pastika yang langsung mendapat sambutan tepuk tangan hadirin. Saat makan, Pastika pun berbaur lesehan bersama peserta. Sebelum santap siang, tepat pukul 12.00 seluruh yang hadir melakukan tri sandhya dengan posisi berdiri. (sss)

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami