Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Mirip Parade Budaya, Tak Ada Suasana Duka

Sesetan

Kamis, 16 Juli 2009, 23:55 WITA Follow
Beritabali.com

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Sebuah prosesi upacara ngaben atau pembakaran jenazah massal di gelar di Desa Sesetan Denpasar Bali (16/07). Upacara ngaben ini sedikit berbeda dibanding upacara sejenis lainnya di Bali karena disertai dengan aneka atraksi seni dan budaya.

Upacara ngaben massal yang dipusatkan di sekretariat perkumpulan seni GASES Bali ini diikuti oleh 28 keluarga. Sawa atau jenazah warga yang di-aben (kremasi) ini tak hanya berasal dari Desa Sesetan, tapi juga dari beberapa desa di sekitar Desa Sesetan seperti Pedungan dan Panjer.

Upacara yang dipimpin oleh 9 orang pendeta ini diawali dengan menaikkan jenazah atau sawa ke atas wadah berbentuk lembu dan menara tinggi yang disebut bade. Setelah diupacarai, puluhan wadah jenazah ini kemudian diarak ke setra atau kuburan Desa Adat Sesetan yang berjarak sekitar 3 kilometer dari lokasi pemberangkatan di Sekretariat GASES Bali.

Selain arak-arakan wadah jenazah, dalam perjalanan menuju kuburan desa ini juga dipentaskan beberapa atraksi seni budaya mulai seni gambelan bleganjur, seni tari baris, hingga pawai patung ogoh-ogoh. Dengan adanya hiburan seni ini, ritual ngaben yang sebenarnya merupakan ritual kematian jauh dari suasana duka dan isak tangis.

“Ngaben disertai atraksi seni ini mempunyai makna khusus. Seni membuat orang senang, ketika senang akan muncul rasa iklas. Kalau sudah iklas, ritual ini akan menjadi utama. Disamping itu, kita semua juga pasti akan mati, jadi kalau sudah tahu akan mati, kenapa harus bersedih? Nikmati saja karena hidup ini adalah penebusan dosa,” kata Mangku Wayan Candra, Ketua Panitia Ngaben Massal ini.

“Dengan adanya ngaben massal ini, warga yang kurang mampu atau minus dalam hal ekonomi bisa dibantu, sehingga jenazah keluarganya yang sudah meninggal tidak terlalu lama tidak diaben karena bisa menjadi butha cuil, roh jahat yang bisa mengganggu kehidupan umat manusia,” imbuhnya.

Setibanya di kuburan Desa Adat Sesetan, seluruh wadah jenazah berbentuk lembu dan bade dibakar dengan menggunakan alat pembakar khusus yang disebut kompor jenazah. Abu dan sisa tulang jenazah yang diaben selanjutnya dibuang ke laut sebagai simbul kembalinya berbagai unsur pembentuk tubuh manusia pada alam atau buana agung. (bob)

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami