Petani Minta Pemerintah Jangan Jadikan Objek Semata
BERITABALI.COM, TABANAN.
Kawasan Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian abadi dalam Perda RTRW Propinsi Bali mendapatkan dukungan dari petani setempat. Meski demikian petani juga meminta pemerintah provinsi Bali memperhatikan petani yang ada di kawasan Jatiluwih dengan luas hampir 302 hektar.
“Kami jangan hanya dijadikan objek semata, sementara perhatian pemerintah kepada kami sangat minim,” jelas I Wayan Semarajaya (40) petani asal Jatiluwih.Dicontohkannya, perbaikan irigasi yang jebol sepanjang 14 meter sejak dua tahun lalu hingga kini belum mendapatkan perhatian pemerintah.
“Kami sudah melaporkan jebolnya irigasi sepanjang 14 meter kepada petugas di Kecamatan. Namun hingga kini tidak ada tindak lanjut,” jelasnya.Diceritakanya, pernah ada petugas dari pengairan yang melakukan pengukuran terhadap jebolnya irigasi setempat. “Setelah kami tunggu-tunggu hingga kini tidak ada perbaikan,” bebernya.
Ia sebagai petani tidak mampu berbuat banyak, apalagi mengusul berulang ulang. Akibat jebolnya irigasi sepanjang 14 meter tersebut sangat mengganggu pengairan padi di sawahnya.Ia pun berharap, pemerintah daerah baik Pemkab Tabanan maupun propinsi Bali untuk memperhatikan jebolnya saluran irigasi subak setempat.
“Kalau pemerintah menetapkan kawasan Jatiluwih sebagai kawasan pertanian abadi, mestinya segera turun dan memperbaiki irigasi kami yang jebol,”tandasnya.Pada prinsipnya ia setuju dengan penetapan kawasan Jatiluwih sebagai kawasan pertanian abadi karena hal tersebut nantinya mampu meredam alih fungsi lawah yang rentan terjadi karena desakan pariwisata.
Ia yang sudah beralih ke pertanian organik sejak tiga tahun lalu itu juga berharap pemerintah lebih intens turun ke subak-subak petani untuk memberikan penyuluhan agar petani lain merubah pola pikirnya dan beralih ke pertanian organik.Ditambahkanya, luasan sawah yang ada di kawasan Jatiluwih mencapai 302 hektar yang terbagi dalam 7 subak dan satu pekaseh. Kawasan Jatiluwih memiliki pola tanam berbeda dengan subak lainya karena jenis padi yang ditanam adalan padi bali dengan warna berasnya yang merah.
“Musim tanam padi bali adalah bulan Januari yang berumur lima bulan. Panennya setiap satu tahun sekali sekitar bulan Mei dan Juni seperti sekarang ini,” bebernya. (nod)
Reporter: bbn/net
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
