Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Rehabilitasi Terumbu Karang Dengan Teknik Biorock

Selasa, 7 Agustus 2012, 23:59 WITA Follow
Beritabali.com

Yayasan Karang Lestari/Doc

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Taman koral seluas 2,5 hektar yang dibangun dengan teknik biorock atau teknologi percepatan pertumbuhan terumbu karang dengan aliran listrik kini menjadi kebanggaan masyarakat Desa Pemuteran, Gerokgak, Buleleng, Bali. Bukan semata-mata karena ramainya wisatawan yang mengunjungi wilayah tersebut, tetapi konsistensi mereka untuk menjaga kelestarian ekosistem laut mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lembaga dunia untuk pembangunan (UNDP).

Dimana UNDP menganugerahkan dua penghargaan sekaligus, yaitu The Equator Price 2012 terkait dengan program pelestarian terumbu karang berbasis masyarakat dan penghargaan khusus UNDP terkait daerah pengelolaan laut dan terumbu karang. Kedua penghargaan diterima pada tanggal 20 Juni 2012 di Rio de Janeiro, Brasil.

Geografis desa Pemuteran yang kering, membuat warga hanya bisa bertanam jagung pada saat musim hujan, sehingga pekerjaan sebagai nelayan menjadi salah satu alternatif pekerjaan lainnya. Banyaknya aksi penangkapan ikan hias dengan bom potasium sejak tahun 1990-an, membuat kawasan laut Pemuteran sangat tidak menguntungkan bagi nelayan. Melalui Yayasan Karang Lestari masyarakat Desa Pemuteran akhirnya bertekad untuk memperbaiki kondisi lingkungannya.

Ketua Yayasan Karang Lestari I Gusti Agung Prana mengungkapkan kemiskinan menjadi salah satu factor penyebab masyarakat Desa Pemuteran waktu dulu melakukan eksploitasi yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Semakin parahnya kerusakan lingkungan mendorong beberapa tokoh masyarakat untuk melakukan rehabilitasi.

“Di laut gunakan bom atau portas, di gunung digunduli untuk digunakan masak hari ini, pokoknya harus makan hari ini, kondisi itu menjadi penyebab semakin parahnya keadaan,“ tutur I Gusti Agung Prana. Upaya merehabilitasi terumbu karang oleh Masyarakat Desa Pemuteran mengalami banyak tantangan. Tokoh Masyarakat Desa Pemuteran Wayan Siram menuturkan upaya penyadaran melalui pendekatan kepada para nelayan awalnya mendapatkan perlawanan karena para nelayan hanya menggantungkan hidupnya dari mencari ikan.

“Air lautnya tercemar oleh potasium, terumbu karangnya hancur kena bom, jadi kita mencoba melakukan pendekatan pada penangkap ikan hias, pendekatan pada kelompok nelayannya untuk bersama-sama menjaga laut itu sendiri, para penangkap ikan hias masih tetap menjalankan kegiatannya, karena dia merasa apa yang mereka lakukan itu untuk hidup, untuk kepentingan perut, tetapi saya tidak putus asa terus kita cari, siang kelihatan ada, kita cari kesana, sore kita cari, dengan pembinaan,” tutur Wayan Siram.

Secara perlahan masyarakat mulai menyadari pentingnya pelestarian laut. Namun pada saat terjadinya gerakan reformasi, eksploitasi kembali terjadi karena para nelayan menganggap masa kebebasan. Kondisi tersebut juga hampir menyebabkan pertumpahan darah ditengah laut karena para penangkap ikan hias melakukan perlawanan.

“Orang mencari makan saja tidak boleh, kalau begitu besok kita ketemu disini, turunkan masa, dia bilang begitu sama pecalang. Ternyata besoknya betul-betul ditunggu dengan 7 perahu disana, disini pukul kentongan jadinya, turunlah semua masyarakat, pecalang semua turun, perahu disini habis semua ke tengah dengan senjata macam-macam, apa yang ada itu yang dibawa , syukur-syukur para penangkap ikan hias tidak berani, dia bawa bom,” tambahnya.

Perjuangan berat dalam melakukan rehabilitasi kini telah membuahkan hasil. Agung Prana mengungkapkan komitmen dan partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian terumbu karang menjadi salah satu alasan utama bagi UNDP untuk memberikan penghargaan bagi pengelolaan terumbu karang di Desa pemuteran. Walaupun terdapat penggunaan teknologi biorock tetapi teknologi tersebut dinilai hanya sebagai sarana pendukung.

“Tapi teknologi itu dianggap sebagai pendukung , tetapi yang inti yang diapresiasi oleh para ahli ini adalah kesadaran dan partisipasi masyarakat setempat, dan ini yang ingin diinspirasikan secara global kepada dunia,” kata I Gusti Agung Prana.

Agung Prana menyebutkan penghargaan dari UNDP setelah terlebih dahulu bersaing dengan 812 nominasi yang berasal dari 113 negara bukanlah penghargaan yang pertama. Berbagai penghargaan yang sebelumnya pernah diterima seperti Asianta Award, Pata Gold Award dan Konas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

“Proyek karang lestari ini proyek yang berbasis masyarakat ini sudah menerima lebih dari 10 penghargaan, tapi poin penting disini adalah supaya momentum penghargaan ini akan membangkitkan kesadaran masyarakat secara menyeluruh tentang pentingnya menjaga dan merehabilitasi melestarikan lingkungan,” ujarnya.

Sedangkan Sedangkan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng Bali Ir. Nyoman Sutrisna mengakui telah menyiapkan kebijakan zonasi pemanfaatan kawasan pesisir sebagai upaya pembangunan kawasan pesisir berkelanjutan. Dimana zonasi kawasan pesisir Buleleng dibagi menjadi tiga bagian yaitu Kawasan Barat, Kawasan Tengah dan Kawasan Timur. Pengembangan zonasi tersebut nantinya akan meniru sistem pengembangan di Pesisir Pemuteran.

“Dinas kelautan dan perikanan telah menerbitkan atau membuat yang namanya rencana strategis tahun 2009 sampai dengan 2027, kemudian mencoba juga menentukan zonasi-zonasi ataupun rencana aksi yang dilakukan yang nantinya kita perdakan, jangan sampai zonasi A peruntukannya untuk komoditi A di serobot dengan komoditi yang lain, oleh karena itu coba kita perdakan rencana zonasi yang telah kita susun,” tegas Ir. Nyoman Sutrisna.

Sutrisna berharap kedepan peran pihak swasta juga turut serta memberikan kontribusi dalam pelestarian lingkungan terutama lingkungan laut di Buleleng. Kesadaran masyarakat menjadi kunci keberhasilan pembangunan taman koral di Pemuteran. Hasil konservasi laut pemuteran, kini sudah terlihat jelas.

Sebanyak delapan puluh jenis terumbu karang dengan ratusan spesies ikan, tumbuh subur di laut Pemuteran. Bahkan hanya beberapa belasan meter dari sana, juga terdapat sea garden, sebuah taman bawah laut yang juga dibangun dengan teknologi biorock.

Bedanya, arus listrik di sea garden digerakkan oleh tenaga surya. Sea garden dibangun dengan meletakkan enam buah bangkai kapal, puluhan patung budha, serta onggokan bangunan tua di kedalaman 20 meter sebagai kerangka terumbu karang. Hasil konservasi terumbu karang Pemuteran, juga terlihat dari banyaknya taman-taman koral yang terbentuk secara alamiah di sekitar laut Pemuteran.

 

Bentangan ekosistem terumbu karang kini tidak saja menjadi habitat hidup bagi ikan dan satwa laut lainnya. Keindahan taman laut tersebut kini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami