Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali (16): Banyak Yang Dibantai Merupakan Korban Konspirasi
Selasa, 25 September 2018,
09:00 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com,Denpasar. Konflik di masa lalu berperan penting dan menjadi faktor penentu apakah seseorang layak masuk daftar yang akan dibantai atau tidak. Proses tidak memakan waktu lama bahkan bisa secara dadakan. Misalnya kelompok tameng bertemu seseorang di jalan lalu ditangkap. Lalu dikonfirmasi ke komandan Tameng. Jika Komandan Tameng setuju maka terjadilah pembantaian.
[pilihan-redaksi]
Hampir tidak ada verifikasi pakah seseorang punya afiliasi dengan partai komunis atau tidak. Tidak ada jaminan aman dari pembantaian walaupun seorang pejabat pemerintahan sekalipun. Lawan-lawan politik PKI senantiasa menaruh curiga pada orang-orang yang menyatakan kesetiaan kepada Soekarno walaupun tidak otomatis orang tersebut adalah PKI. Sebagian dari mereka yang dibantai adalah memang PKI tapi sebagian lagi tidak dapat divalidasi. Banyak dari mereka yang hanya jadi korban konspirasi.
Hampir tidak ada verifikasi pakah seseorang punya afiliasi dengan partai komunis atau tidak. Tidak ada jaminan aman dari pembantaian walaupun seorang pejabat pemerintahan sekalipun. Lawan-lawan politik PKI senantiasa menaruh curiga pada orang-orang yang menyatakan kesetiaan kepada Soekarno walaupun tidak otomatis orang tersebut adalah PKI. Sebagian dari mereka yang dibantai adalah memang PKI tapi sebagian lagi tidak dapat divalidasi. Banyak dari mereka yang hanya jadi korban konspirasi.
Kelompok tameng berpakaian hitam-hitam bersenjatakan kelewang (samurai) dan beberapa bedil. Mereka datang menjemput tidak peduli waktu pagi, siang atau malam. Pintu rumah didobrak, ditangkap, diseret masuk truk. DI sebuah ladang mereka dipenggal dan kemudian mayatnya didorong ke dalam lubang kuburan massal.
Pernah terjadi buruan tak ditemukan, lalu anggota keluarga yang lain dibawa sebagai gantinya. Bahkan ada komandan tameng yang memanfaatkan mencari jodoh dengan cara memaafkan calon korban asal bersedua menyerahkan adik perempuannya yang cantik untuk dijadikan istri komandan tameng. Para tameng sangat berkuasa waktu itu. Ini karena mereka mendapat legitimasi dari pemuka agama Hindu maupun Islam bawha apa yang mereka lakukan bukan dosa.
[pilihan-redaksi2]
Widagda, sebagai salah satu pimpinan gerombolan algojo tameng dari PNI Bali. Pada Juli 1967 Widagda divonis Pengadilan Negeri Denpasar 3 tahun penjara, karena terbukti berkali-kali melakukan tindak kriminal perkosaan terhadap sejumlah perempuan cantik yang sebelumnya dituding secara sepihak sebagai anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).
Widagda, sebagai salah satu pimpinan gerombolan algojo tameng dari PNI Bali. Pada Juli 1967 Widagda divonis Pengadilan Negeri Denpasar 3 tahun penjara, karena terbukti berkali-kali melakukan tindak kriminal perkosaan terhadap sejumlah perempuan cantik yang sebelumnya dituding secara sepihak sebagai anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).
Adalah Mudah memberi legitimasi bagi para pemuka agama itu karena ideologi komunis menafikan keberadaan Tuhan, paling tidak itulah yang dipahami oleh masyarakat Bali di saat itu. Disamping legitimasi pemuka agama, diperparah juga oleh ketakutan atas militasni PKI dimasa sebelum G30S. Sebelum G30S terjadi, PKI sangat militan dengan berbagai show of force yang membuat lawan politiknya bergidik. (Tim Beritabali.com/Bersambung)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls