search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pencopotan Saan dan Pasek, Tumbal Politik Pergerakan Indonesia
Kamis, 19 September 2013, 08:23 WITA Follow
image

inilah.com/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Beritabali.com, Jakarta. Baru empat hari dideklarasikan pada 15 September 2013 lalu, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) ormas yang dibidani Anas Urbaningrum telah memakan korban politik. Gede Pasek Suardika dan Saan Mustofa masing-masing dicopot dari jabatannya. Paranoid Demokrat?

Keputusan DPP Partai Demokrat mereposisi sejumlah kadernya yang hadir dalam acara deklarasi Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) seperti Saan Mustofa dari jabatannya sebagai Sekretaris Fraksi Partai Demokrat dan Gede Pasek Suardika dari Ketua Komisi III DPR sulit untuk tidak mengaitkannya dengan keberadaan ormas yang dimotori bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum itu.

Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf memang sudah menampik bila pencopotan Saan Mustofa dan Gede Pasek sebagai sanksi kepada keduanya karena menghadiri acara PPI di kediaman Anas. "Ini rotasi biasa, tidak ada kaitannya (dengan kehadiran di PPI). Untuk memberikan kesempatan yang lain memimpin," sebut Nurhayati yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat dalam jumpa pers di Ruang Fraksi Partai Demokraat DPR RI, Rabu (18/9/2013).

Nurhayati menegaskan, pergantian Saan dan Pasek bukan bentuk sanksi. Menurut dia, sanksi akan muncul setelah diperingatkan tapi tetap mengulangi. "Setelah diperingatkan tetapi masih tidak mengindahkan, itu baru sanksi akan diberikan," tambah Nurhayati.

Bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum saat dimintai komentar ihwal pencopotan dua koleganya, mengatakan Saan dan Pasek dicopot bukan karena kehadirannya dalam acara deklarasi Rumah Pergerakan Indonesia akhir pekan lalu. "Bukan karena Ormas Pergerakan Indonesia, karena sebetulnya sudah diincar lama," terang Anas kepada INILAH.COM di Jakarta, Rabu (18/9/2013).

Anas menyebutkan, penyebab utama pencopotan kedua koleganya tersebut disebabkan ketidakmampuan menghargai kecakapan dan prestasi. Ia menuding, pencopotan Saan dan Pasek dipicu oleh hilangnya sistem meritokrasi di Partai Demokrat. "Ini adalah meritokrasi yang tersisih oleh jilatokrasi. Yang lebih dihargai adalah memuji-muji di luar takaran dan loyalitas buta seperti patung," tegas Anas.

Bekas Ketua Umum PB HMI ini mengatakan kendati Saan dan Pasek, cakap dalam bekerja, berprestasi dan loyal, namun keduanya tidak bisa memuji-muji melebihi batas dan tidak bisa loyal seperti patung batu. "Keduanya tidak bisa memuji di luar takaran," sebut Anas.

Lebih lanjut Anas Urbaningrum menilai Saan Mustofa dan Gede Pasek merupakan politisi yang mampu menunaikan tugasnya dengan baik. "Kemampuan dan loyalitasnya kepada tugas sangat tinggi," kata Anas.

Pergantian yang menimpa Saan dan Pasek, Anas menduga disebabkan definisi kemampuan dan loyalitas kepada tugas sedang mengalami pergeseran makna. "Saya yakin Kang Saan dan Bli Pasek tidak pernah menyesal. Jabatan itu amanah dan dipergilirkan. Mungkin sebagai politisi keduanya hanya berharap hadirnya pengganti yang lebih bagus dan lebih mampu," tutur Anas.

Apakah pengganti keduanya lebih bagus dan lebih mampu? Anas mengatakan Saan dan Pasek lebih mengetahuinya. Tidak hanya itu, publik juga dapat menilainya. "Kalau saya sendiri merasa senang, karena digantikan oleh Pak SBY yang lebih hebat dan lebih segalanya," sindir Anas.

Sulit memisahkan rotasi Saan dan Pasek dengan kehadiran keduanya dalam acara deklarasi Rumah Pergerakan Indonesia akhir pekan lalu di kediaman Anas Urbaningrum. Meski, jika dilihat dalam rotasi ini tidak hanya menimpa politisi yang dikenal sebagai loyalis Anas Urbaningrum.

Sementara Gede Pasek Suardika menanggapai santai pencopotan dirinya dari Ketua Komisi III digantikan Ruhut Sitompul. Menurut dia, penunjukan Ruhut sebagai Ketua Komisi III sudah tepat. "Pak Ruhut itu mantap, top markotop. Saya rasa tepatlah. Karena Pak Ruhut bisa mengawal kebijakan," sebut Pasek.

Hal yang sama dikatakan Saan Mustofa. Menurut dia, rotasi yang terjadi pada dirinya merupakan pergantian yang biasa saja. Saan digantikan Rifky Harsha. "Pergantian suatu hal yang biasa dan wajar, partai punya pertimbangan dalam meningkatkan dan memaksimalkan kinerja fraksi dan komisi," sebut Saan. [bbn]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami