search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dalam Sebulan, 20 Primata Dijual di Bali
Kamis, 30 Januari 2014, 21:25 WITA Follow
image

ilustrasi/google

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Organisasi pecinta satwa, ProFauna mencatat dalam satu bulan puluhan ekor primata diperjualbelikan di Pulau Bali. ProFauna juga mencatat di Bali masih terdapat perburuan lutung yang merupakan jenis primata yang dilindungi. "Satu bulan 20 ekor monyet ekor panjang (kera abu-abu) diperjualbelikan. Itu terjadi di Pasar Satria, Denpasar," kata aktivis Pro Fauna, Bayu Sandi di Denpasar, Kamis 30 Januari 2014.

Bagi ProFauna, jual beli primata di Bali, utamanya yang terekam di Pasar Satria bisa jadi semacam puncak dari gunung es belaka. "Ini semacam puncak dari gunung es. Di bawah, perdagangan jauh dari yang saya sebutkan tadi," jelas Bayu.

Menurut catatan ProFauna, sambung Bayu, perdagangan primata di Indonesia cukup tinggi. Pasalnyan lebih dari 95 persen primata yang diperdagangkan di Indonesia adalah hasil tangkapan dari alam. Parahnya, dalam proses penangkapan dan pengangkutan serta perdagangan primata itu seringkali dengan cara kejam.

"Salah satu primata yang kini sedang banyak diperdagangkan adalah kukang (Nycticebus sp). Kukang yang diperdagangkan sudah dicabuti gigi taringnya. Sepanjang tahun 2013 ProFauna Indonesia mencatat sedikitnya ada 40 kasus perdagangan kukang secara online," paparnya.

Menurut Bayu, di dunia terdapat sekitar 200 jenis primata dan hampir 40 jenis atau 25 persen di antaranya hidup di Indonesia. Pada tahun 2000 badan konservasi internasional (IUCN) menerbitkan daftar 25 jenis primata yang paling terancam punah.

"Dari 25 jenis primata itu, empat di antaranya adalah primata asal Indonesia yakni, Orang utan Sumatera (Pongo Abelii), Tarsius Siau (Tarsius Tumpara), Kukang Jawa Nycticebus Javanicus) dan Simakubo (Simias Cocolor)," ungkapnya. Pro fauna berharap dalam hari primata Indonesia hari ini, instansi terkait untuk bekerja lebih serius menyikapi hal tersebut. Selain itu, masyarakat juga di himbau untuk tidak memperjualbelikan satwa primata.

"Mereka memiliki fungsi di alam. Apabila mereka ikut campur mengambil mereka dari alam, maka akan mengubah ekosistem. Tentu akan berdampak langsung kepada kehidupan masnusia. Kami berharap BKSDA untuk bekerja lebih serius terhadap hal itu," tegas Bayu.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami