search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Galakkan Persatuan untuk Cegah Isu Pemecah Belah Bangsa
Kamis, 1 Desember 2016, 06:00 WITA Follow
image

Nusantara Bersatu juga digelar di Tabanan. [source: istimewa]

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Beritabali.com - Tabanan. Isu-isu negatif yang bersifat provokatif di Indonesia belakangan ini mulai mengkhawatirkan. Jika tidak dihadapi dengan serius dan tepat, isu dan permasalahan tersebut dapat memecah belah persatuan dan kebhinekaan Bangsa Indonesia. Untuk meredam gejala-gejala perpecahan ini Kodim 1619 Tabanan mengadakan gerakan bertajuk "Gerakan Nusantara Bersatu, Indonesiaku Indonesiamu, Indonesia Kita Bersama Bhineka Tunggal Ika" pada Rabu (30/11) di Lapangan Alit Saputra, Tabanan. 
 
Hadir dalam acara tersebut Sekda Kabupaten Tabanan I Nyoman Wirna Ariwangsa, Komandan Kodim (Dandim) 1619/Tabanan Letkol Inf. Herwin Gunawan, Ketua DPRD Kabupaten Tabanan I Ketut Suryadi, Kapolres Tabanan AKBP Marsdianto, Ketua PHDI Tabanan I Wayan Tontra. Acara ini juga dihadiri seluruh elemen masyarakat, mulai dari TNI/Polri, Seluruh SKPD Pemkab Tabanan, Forum Lintas Agama,  Ormas Tabanan, Veteran dan komponen masyarakat lainnya. 
 
Ketut Suryadi yang menjadi pembicara utama dalam gerakan Nusantara Bersatu mengatakan acara yang digelar serentak di Indoensia pada hari ini bertujuan untuk membangun kesadaran baru dan reorientasi terhadap pentingnya persatuan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia. 
 
“Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya, tujuan dari gerakan ini adalah untuk mengingatkan dan mengajak kita semua untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni dengan persatuan. Oleh karena itu saya berharap dan mohon kepada seluruh komponen masyarakat Tabanan hentikan friksi, konflik dan para pembentuknya,” ujarnya.
 
Dijelaskan, salah satu problema intern di negara Indonesia adalah tidak pernah putus dan berhentinya konflik internal diantara minoritas elitis. 
 
“Selama ini bangsa Indonesia dapat bertahan dari berbagai konflik dan godaan internal maupun eksternal setelah merdeka  adalah karena adanya pancasila yang didukung oleh 3 pilar kebangsaan yang lain, yakni; Undang Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keempat pilar ini saya harapkan hari ini mulai digaungkan, dikumandangkan dan direnungkan,” tegasnya. 
 
Dikatakannya, Indonesia sudah diwarisi konsepsi pokok bernegara oleh Bung karno, yaitu Gotong royong. Konsepsi gotong royong ini tidak bisa ditawar. Gotong royong menjiwai pancasila. 
 
“Pancasila sebagai landasan dasar dan falsafah hidup, tidak bisa ditawar lagi pancasila menjiwai semua nafas maupun gerak kita dan tidak boleh digantikan oleh siapun dan oleh kekuatan apapun. Setiap sila mencerminkan gotong royong. Sila pertama Ketuhanan Yang Masa Esa yang berjiwa gotong royong adalah dengan toleransi satu sama lain, dan tidak menyerang ataupun mengucilkan pihak manapun. Sementara sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, Kemanusiaan yang dilandasi dengan gotong royong adalah kemanusiaan yang berkepribadian, berkeadaban, serta interaksi pergaulan yang tidak menjajah dan menindas,” ujarnya. 
 
Ditambahkannya, persatuan tidak hanya harus dilakukan oleh rakyat namun juga para pemimpin elitis. 
 
“Kita harus introspeksi diri sebagai penyelenggara negara dan pemangku kepentingan. Dalam kondisi sekarang tidak bisa hanya rakyat yang diminta bersatu, yang terpenting elitis bersatu dulu untuk memberikan teladan yang bersatu. Apa gunanya rakyat bersatu kalau pemimpin di atas pecah. Kita ada di alam demokratis, apapun yang kita bangun ayo bangun dengan komitmen, apapun yg kita bangun jangan mengedepankan ego sektoral apalagi terjebak pada kepentingan kapital” jelasnya. 
 
Selain orasi gerakan nusantara bersatu, acara hari itu juga dimeriahkan dengan menyanyikan lagu-lagu nasional, pembacaan puisi kebangsaan, pembacaan doa dari setiap masing-masing agama, serta penampilan kesenian daerah. Tidak hanya itu semua yang hadir juga diajak untuk mengucapkan yel-yel Indonesia bersatu. Hal yang menarik, seluruh elemen masyarakat yang hadir menggunakan Ikat kepala (pita) berwarna merah putih. [rls/wrt]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami