Pengamat Politik AS Samakan Trump dengan Soeharto
Sabtu, 3 Desember 2016,
18:00 WITA
Follow
(Dari kiri-kanan) Presiden Indonesia, Soeharto dan Presiden Amerika, Donald Trump. [source: istimewa]
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Beritabali.com - Washington. Seorang pengamat politik dari sebuah universitas ternama di AS menyamakan sosok presiden terpilih AS, Donald Trump, dengan mantan presiden Indonesia, Soeharto.
Thomas Pepinsky, pengamat politik dari Cornell University, New York, AS, menulis opini tersebut di Washington Post dalam artikel yang berjudul For Trump, Politics, Family and Business Merge. We Know from Indonesia How That May End Up atau 'Untuk Trump, politik, keluarga dan Bisnis. Kita Tahu Bagaimana Indenesia Mengakhirnya'.
Bagi Pepinsky, terpilihnya Trump menjadi presiden diwarnai kepentingan finansial pribadi dan koneksi bisnis keluarga yang tak jauh beda dengan mantan presiden kedua Indonesia.
"Salah satu negara yang sejalan dengan hal ini adalah Indonesia di bawah kepemimpinan mantan presiden Soeharto," tulisnya, seperti dikutip dari The Washington Post hari Rabu (30/12).
Meski terdapat persamaan, Pepinsky juga mengungkapakan adanya perbedaan yang mencolok dari kedua tokoh tersebut, yakni cara mereka dalam mencapai kekuasaannya.
Berbeda dengan Trump, yang menempati posisi presiden dari hasil pemilihan umum, sedangkan Soeharto menjadi penguasa dengan diwarnai tragedi pembantaian sedikitnya 500 ribu jiwa.
Dalam separuh masa kekuasaannya, menurut Pepinsky, Soeharto menguasai sumber-sumber daya politik dan ekonomi di sekitarnya, khususnya terkait BUMN dan pembuatan kebijakan yang dipengaruhi para teknokrat. Menjelang 1980-an, peran orang-orang dekat Soeharto dalam perekonomian nasional kian jelas.
"Itu termasuk anak-anaknya, khususnya Tutut dan Tommy; sepupu Sudwikatmono; saudara tirinya Probosutedjo; dan menantunya, Prabowo Subianto," kata Pepinsky.
Seperti halnya Soeharto, anak dan menantu Trump, Ivanka dan Jared Kushner, yang berperan besar dalam proses transisi kepresidenannya. Demikian pula dengan Eric dan Donald Trump Jr berpotensi mengambil posisi strategis yang menguntungkan.
Pepinsky dalam artikelnya ingin memberi contoh situasi yang terjadi di Indonesia, ketika kekuasaan, bisnis dan keluarga melebur jadi satu dan berakhir menjadi sebuah kekacauan politik.
Hal itulah yang Ia khawatirkan juga bakal terjadi di bawah kepemimpinan Trump. [rls/idc/wrt]
Reporter: -