search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Simpatisan ISIS Ternyata Mantan Pejabat Kementerian RI
Jumat, 27 Januari 2017, 13:00 WITA Follow
image

ISIS [ist]

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Lima simpatisan ISIS yang ditangkap di Turki ternyata memang memiliki kehidupan yang sangat layak di Indonesia. Diberitakan sebelumnya, bahwa salah satu simpatisan, merupakan seorang lulusan S2 Australia. Kini kabar baru mengenai kehidupan keluarga tersebut kembali terkuak. Ternyata, salah satu simpatisan tersebut juga merupakan mantan pejabat Kementerian Keuangan RI. 
 
"Pria itu memiliki posisi yang strategis di Kementerian Keuangan. Ia menempuh pendidikan di beberapa sekolah ternama di Indonesia dan mendapatkan gelar Master Kebijakan Publik dari Flinders University di Adelaide, Australia," kata seorang pejabat senior dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kepada Channel News Asia.Disebutkan pula, kehidupannya di Indonesia pun cukup sejatera. "Ia memiliki kehidupan yang baik di Indonesia, pekerjaan yang bagus, dan perekonomian yang mapan. Kabarnya, Ia menjual rumah sebagai biaya perjalanan Ia dan keluarganya menuju Suriah demi keinginan mereka hidup di bawah kekhalifahan," imbuh pejabat senior BNPT yang tidak disebutkan namanya itu.
 
Dilaporkan, Ia beserta keluarganya meninggalkan Indonesia pada 15 Agustus 2016 menuju Thailand. Demi menghindari kecurigaan dari pihak berwenang, sebelum akhirnya terbang ke Istanbul tiga hari kemudian.Sementara, The Straits Times memberitakan hal yang sama dengan mengutip laporan AFP, namun tidak menyebut bahwa yang ditangkap polisi itu adalah eks pejabat Kemenkeu.Pihak kepolisan hanya menyebutkan bahwa mereka telah menginterogasi satu keluarga dan kemudian dikirim ke Jakarta untuk pemerikasaan lebih lanjut.
 
Sang ayah, berusia 39 tahun disebutkan adalah lulusan program master dari Australia. Anak bungsu mereka, berusia tiga tahun, lahir di Australia. Mereka ditangkap oleh otoritas Turki dan dideportasi ke Indonesia.Sementara itu media Australia, Courier Mail menyebut nama pria yang ditangkap itu adalah TU dan istrinya NK. Anak mereka berusia 12, delapan dan tiga tahun. Anak yang berusia delapan tahun lahir pada Juli 2009 di Bedford Park, di South Australia.Sebelumnya, pada 21 Januari lalu, sebanyak 17 WNI ditangkap otoritas Turki dan dideportasi ke Indonesia.
 
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, Densus 88 Antiteror sedang memeriksa ke-17 WNI tersebut. Mereka berencana masuk Suriah melalui Turki. Namun upaya mereka gagal karena Turki memeriksa ketat warga asing atau wisatawan yang disinyalir terindikasi ikut kegiatan konflik di Suriah dan Irak.Informasi mengenai WNI yang dipulangkan awalnya disampaikan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Agung Sampurno pada Minggu, (22/1). Namun, tidak ada keterangan mengenai eks pejabat Kemenkeu.
Sementara, menurut pejabat BNPT, ada sekitar 700 hingga 1.000 orang Indonesia di Suriah untuk bergabung dengan ISIS dan kelompok teror lainnya, Jabhat al-Nusra.

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami