Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Ini yang Terjadi Pada Otak Ketika Main Video Game

Jumat, 11 Agustus 2017, 09:00 WITA Follow
Beritabali.com

ist

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Beritabali.com, New Delhi. Video game pasti mengambil alih dunia sebagai bentuk hiburan, untuk anak-anak dan orang dewasa sama-sama terlibat dalam kegembiraan. Namun, apa saja akibat dari gemar main video game?
 
Mengutip dari zeenews, Kamis (10/08/2017), kebanyakan orang juga bermain video game sebagai sarana untuk melampiaskan stres mereka atau kemarahan dan studi juga telah terbukti khasiat mereka sebagai pengobatan untuk depresi.
 
[pilihan-redaksi]
Namun, sebuah penelitian baru memiliki kesimpulan, bahwa terlibat dalam tindakan permainan video dapat menyebabkan penipisan materi abu-abu di otak, meningkatkan risiko penyakit seperti depresi, skizofrenia dan Alzheimer.
 
Para peneliti dari University of Montreal (UdeM) di Kanada menemukan bahwa kebiasaan pemain dari permainan aksi memiliki kurang materi abu-abu di hippocampus mereka, bagian utama dari otak yang bertanggung jawab untuk orientasi dan mengingat pengalaman masa lalu.
 
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa penipisan hippocampus menempatkan orang pada risiko mengembangkan penyakit otak dan penyakit mulai dari depresi skizofrenia, Post traumatic stress disorder (PTSD) dan penyakit Alzheimer.
 
"Video game telah ditunjukkan untuk manfaat sistem tertentu kognitif di otak, terutama terkait dengan visual perhatian dan memori jangka pendek," kata Greg West, associate professor di UdeM.
 
"Tapi ada juga perilaku bukti bahwa mungkin ada biaya untuk itu, dalam hal dampak pada hippocampus," tambah Greg West.
 
Ada bagian penting lain dari otak yang disebut striatum yang counterbalances hippocampus, kata para peneliti.
 
"Ini dikenal sebagai nukleus yang bertindak sebagai semacam autopilot dan penghargaan sistem. Saat kita pulang dari kerja, misalnya, dan memberitahu kita kapan waktunya untuk makan, minum dan melakukan hal-hal lain yang membuat kita hidup dan bahagia," ujarnya.
 
Game telah ditunjukkan untuk merangsang nukleus lebih dari hippocampus, 85 persen dari pemain bergantung pada bagian otak untuk menavigasi jalan melalui permainan.
 
Para peneliti menemukan bahwa masalah adalah semakin banyak orang menggunakan nukleus, yang kurang mereka gunakan hippocampus, dan sebagai akibatnya hippocampus kehilangan sel-sel dan atrophies. [bbn/idc/wrt]
Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami