search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Bersama Mahasiswa, Warga Desa Ciptakan Pupuk Organik Dari Limbah Kotoran Sapi
Selasa, 12 September 2017, 11:00 WITA Follow
image

ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Beritabali.com, Karangasem. Mahasiswa KKN Unwar membuat ide mengolah limbah kotaran dan kencing sapi menjadi pupuk organik kemasan saat melakukan KKN di Desa Amerta Bhuana. 
 
Berbekal ide itu, pengembangan terus dilakukan hingga kini oleh pihak desa. 
 
[pilihan-redaksi]
"Awalnya Ide tersebut dari Mahasiswa Unwar yang KKN di Desa Amerta Bhuana. Ketika melihat kotoran sapi cukup melimpah, mereka berniat agar bisa mengolah sehingga bisa bermanfaat dan jadilah pupuk organic kemasan ini," ujar Suara Arsana saat ditemui, Senin (11/9).
 
Kata dia, bersama dengan perangkat Desa, mahasiswa bekerja sama dengan Simantri yang ada di Desa dan kelompok ternak, dilakukanlah uji coba pengolahan kotoran sapi tersebut. 
 
Tak butuh waktu lama, di tahun 2017 ini pihaknya sudah mampu untuk langsung memproduksi pupuk yang dinamai Biomi kultur. Bahkan pupuk yang di produksi ada dua jenis, satu untuk swasembada dan satu khusua untuk tanaman jenis cabai.
 
"Ada beberapa keunggulan dari pupuk organik yang kita buat ini yakni, mempercepat dan memperkuat akar tanaman, meningkatkan dan memperbaiki struktur hara tanah, meningkatkan nutrisi tanaman, anti hama tanaman, meningkatkan hasil panen dan hemat pupuk dasar petani hingga 50%," ungkap Suara.
 
Pupuk tersebut dikemas menggunakan botol plastik dan pertama diproduksi sebanyak 1000 botol dimana setiap satu botol plastiknya berisi satu liter pupuk cair. Untuk satu liter pupuk, bisa dipakai untuk penyuburan lahan seluas 25 are. Sementara untuk harga Per liternya di banrol Rp40 ribu saja.
 
Namun sangat disayangkan 90% dari produksi masih tersimpan rapi di gudang penyimpanan lantaran terkendala promosi dan penyaluran. Selama ini promosi baru dilakukan melalui sistem door to door. Terkait hal tersebut, Suara sangat berharap agar mendapat dukungan dari pihak pemerintah dalam hal ini untuk pemasaran produk tersebut.
 
"Kalau saja Pemkab bisa membantu melalui penyuluh pertanian maka produknya tersebut akan laku. Selama ini hal tersebut terjadi akibat kurangnya di bagian  pemasaran sehingga banyak yang tidak tahu produk tersebut," ungkap Suara.
 
Menurut Perbekel Suara, untuk biaya produksi diakui tidak membutuhkan modal besar. Adapun bahan baku yang digunakan seperti air seni sapi dan juga kotoran sapi. 
 
"Saya pribadi berharap agar pupuk buatanya tersebut menjadi identitas dari Desa. 
 
Apa yang dilakukan sejalan dengan program pemerintah yang lebih mengedepankan pupuk Organik.
 
“Kalau penerapan pupuk Organik tidak hanya slogan mestinya produk kami ini di dukung,” sentilnya.
 
Sementara cara pembuatan sendiri tidak sulit. Kencing sapi dan kotoran sapi dicampur dan dilakukan permentasi dengan campuran beberapa bahan alami. Nanti dibiarkan selama 15 hari selanjutnya dikemas dan siap di pasarkan.
 
"Kedepan pihaknya berharap dari pihak Penyuluh pertanian bisa membantu untuk mensosialisasikan kepada petani," ditambahkan Suara.[igs/wrt]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami