Ketika Gajah Mada Mendengar Reklamasi di Bali
Sabtu, 28 April 2018,
17:35 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com.Denpasar, Sikap kritis adalah bagian dari berkesenian terlebih bila sikap itu tumbuh sejak dini di kalangan pelajar. Sikap kritis ini yang menyentil ini terlontar dalam pementasan bertajuk ‘Gegirang’ oleh SMP Harapan Nusantara.
[pilihan-redaksi]
Pementasan yang berlangsung di kalangan Natya Mandala, Taman Budaya, Denpasar, Jumat malam (27/4). Awalnya anak-anak SMP Harapan Nusantara menampilkan tarian yang terinspirasi dari yoga. Tarian yang menampilkan beberapa penari ini mampu mencuri perhatian penonton. Setelah itu masuk ke lakon yang terkait rencana penyerbuan Patih Gajah Mada ke Bali. Dalam dialog persiapan tercetus dialog yan cukup menyentil.
Pementasan yang berlangsung di kalangan Natya Mandala, Taman Budaya, Denpasar, Jumat malam (27/4). Awalnya anak-anak SMP Harapan Nusantara menampilkan tarian yang terinspirasi dari yoga. Tarian yang menampilkan beberapa penari ini mampu mencuri perhatian penonton. Setelah itu masuk ke lakon yang terkait rencana penyerbuan Patih Gajah Mada ke Bali. Dalam dialog persiapan tercetus dialog yan cukup menyentil.
“Saya dengar Bali punya pulau baru (hasil reklamasi), patih,” tutur seorang prajurit kerajaan Majapahit.
“Pulau lamanya saja tak terurus. Biarlah pulau yang baru (hasil reklamasi –red) dijajah investor. Yang penting kita menjajah pulau yang lama,” jawab pemeran Patih Gajah Mada.
Spontan penonton bertepuk tangan memberi apsirasi. Selain dua jenis pementasan itu, SMP Harapan Nusantara juga menampilkan tabuh, joget dan lagu pop Bali.
“Bangga bisa mengisi Nawanatya III ini, dan kami disini memadukan jejangeran yang variatif sekaligus acara pendukung lainnya,” terang Kepala SMP Harapan Nusantara I Putu Ariyasa, S.Si.
Bila SMP Harapan Nusantara lebih ke tradisi. Sebaliknya SMP Tunas Daud menggarap drama operet modern tetapi mengangkat cerita local, ‘Rajapala’. “Kisah ini seputar Rajapala dan tokoh lainnya, dimana Durma yakni anak Rajapala sebagai tokoh utamanya,” ujar pembimbing pementasan SMP Tunas Daud, Sarwi Endah.
Endah pun kembali menuturkan kisah Rajapala yang diangkatnya tak sepenuhnya bertumpu pada aslinya. “Disini kami memodifikasi cerita agar pesan yang disampaikan lebih mudah tersampaikan ke kawula muda,” terang Endah.
[pilihan-redaksi2]
Senja hari sebelumnya, penampil cilik dari TK Negeri Pembina dan TK Saraswati 2 Denpasar. Bermula dari TK Negeri Pembina, Ni Nyoman Darmini, S.Pd, M,Pd pun mempersiapkan penampilan anak didiknya dengan mantap. Diakhiri dengan penampilan fashion show yang bertemakan casual, penonton yang hadir kemarin tak dapat terlepas dari gelak tawa dan tepuk tangan yang meriah.
Senja hari sebelumnya, penampil cilik dari TK Negeri Pembina dan TK Saraswati 2 Denpasar. Bermula dari TK Negeri Pembina, Ni Nyoman Darmini, S.Pd, M,Pd pun mempersiapkan penampilan anak didiknya dengan mantap. Diakhiri dengan penampilan fashion show yang bertemakan casual, penonton yang hadir kemarin tak dapat terlepas dari gelak tawa dan tepuk tangan yang meriah.
“Kami ingin memberi pelajaran kepada anak-anak agar senantiasa mencintai seni dan budaya Bali, tanpa lupa untuk belajar kebudayaan dari negeri luar juga,” ungkapnya.
Sebagai penampil kedua, TK Saraswati 2 Denpasar turut mempersembahkan persembahan yang variatif. Ni Wayan Darning, S.Pd, M.Psi sebagai kepala sekolah TK Saraswati 2 Denpasar mengungkapkan bahwa garapan ini dapat berjalan lantaran sinergitas yang baik antara guru, orang tua, dan anak-anak.
“Kami saling bekerja sama untuk membuat garapan ini, selain itu kami sudah siap sebab di TK kami sudah memiliki ekstrakurikuler sesuai kegemaran dan bakat si anak,” terangnya.
Kedua kepala sekolah ini berharap agar momentum saat tampil di Nawanatya III senantiasa membekas di kalangan siswa-siswinya. (bbn/rls/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls