Sekaa Gita Semara Tepis Kesan Negatif Joged Bumbung
Kamis, 5 Juli 2018,
14:10 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com,Denpasar. Penampilan Duta Kota Denpasar di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 Tahun 2018 menyuguhkan Parade Joged Bumbung oleh Sekaa Joged Bumbung Gita Semara, Banjar Sabha, Desa Penatih, Dentim pada Rabu (4/7). Sukses memukau penonton, Seka Gita Semara juga menepis anggapan kesan negatif dari Joged Bumbung.
[pilihan-redaksi]
Ribuan pasang mata seolah enggan beranjak dari area Kalangan Madya Mandala, Art Centre saat menyaksikan Parade Joged Bumbung yang disajikan duta kesenian Kota Denpasar ini. Garapan dalam parade joged ini merupakan garapan Joged Bumbung Inovatif yang tidak terlepas dari pakem joged klasik sebagai usaha seniman Joged Bumbung Duta Kota Denpasar dalam menjaga kelestarian kesenian Joged Bumbung.
Ribuan pasang mata seolah enggan beranjak dari area Kalangan Madya Mandala, Art Centre saat menyaksikan Parade Joged Bumbung yang disajikan duta kesenian Kota Denpasar ini. Garapan dalam parade joged ini merupakan garapan Joged Bumbung Inovatif yang tidak terlepas dari pakem joged klasik sebagai usaha seniman Joged Bumbung Duta Kota Denpasar dalam menjaga kelestarian kesenian Joged Bumbung.
Penampilan Sekaa Joged Bumbung Gita Semara diawali dengan garapan berjudul Makurena yang memiliki filosofi Maku (berbagi) dan Rena (Cinta Kasih) dimana pada masa inilah manusia belajar berbagi kasih dengan pasangannya demi tercipta harmonisasi. Penggarap mencoba menyajikan pertunjukan joged yang kental nuansa kehidupan berumah tangga, terlihat dari ekspresi tarian yang menggambarkan rasa bahagia, marah dan sedih selayaknya gambaran berumah tangga. Garapan Makurena ditarikan secara atraktif oleh Ni Luh Merry Yanthi dengan pembina tabuh Kadek Agung Sari Wiguna dan I Wayan Purna Wijaya.
Sekaa Joged Bumbung Gita Semara melanjutkan memukau penonton yang memenuhi area pertunjukan dengan garapan Tabuh Enggrang. Enggrang atau dalam bahasa Bali nya Tajog dahulu merupakan kesenian yang berkembang kini menjadi permainan tradisional. Dalam memainkannya diperlukan keseimbangan, semangat, konsentrasi, kelincahan, dan kecepatan. Guna melestarikan permainan Enggrang yang kini semakin jarang, Sekaa Joged Bumbung Gita Semara mengidupkan lagi semangat permainan ini ke dalam media Joged Bumbung. "Tabuh Enggrang" ditarikan oleh Sang Ayu Made dengan pembina tabuh Kadek Agung Sari Wiguna dan I Wayan Purna Wijaya serta koordinator I Made Yoga Suputra.
Tak hanya Joged Bumbung garapan Duta Kota Denpasar saja yang menarik dalam parade sore hari itu. Perhatian penonton pun memusat kepada keunikan gaya para pengibing yang diakhir sesi tarian dipersilahkan untuk satu persatu maju keatas panggung. Selain pria dewasa, nampak pula pengibing terdiri dari remaja dan bahkan para lansia.
Koordinator Sekaa, I Made Yoga Suputra ditemui usai pamentasan mengatakan persiapan Sekaa Joged Bumbung Gita Semara telah dimulai sejak tiga bulan yang lalu. Semua dimulai dari proses pembentukan gending, pencocokan gending dengan penari, gladi dan pembinaan. "Semangat kami tunjukkan dalam melewati setiap proses tersebut hingga kini dapat tampil di panggung seni budaya sebesar PKB sebagai Duta Kota Denpasar. Harapan kami tentu agar kedepannya seni Joged Bumbung semakin diminati generasi muda untuk berinovasi memainkannya dan menghapus kesan negatif yang muncul ditengah masyarakat mengenai joged bumbung.
[pilihan-redaksi2]
Sementara Salah satu pengibing, Made "Agus" Suardana menuturkan selalu menyempatkan mengibing disetiap pagelaran Joged Bumbung di PKB. Pria paruh baya ini tergabung di komunitas pecinta Seni Joged Bumbung. Dari sana dirinya mengetahui jadwal pertunjukan Joged Bumbung diseluruh Bali yang bisa didatangi bersama rekan- rekan sekomunitasnya.
Sementara Salah satu pengibing, Made "Agus" Suardana menuturkan selalu menyempatkan mengibing disetiap pagelaran Joged Bumbung di PKB. Pria paruh baya ini tergabung di komunitas pecinta Seni Joged Bumbung. Dari sana dirinya mengetahui jadwal pertunjukan Joged Bumbung diseluruh Bali yang bisa didatangi bersama rekan- rekan sekomunitasnya.
"Dalam menari Joged Bumbung ini terus terang saya memiliki teknik tersendiri dimana ditekankan bagaimana kemampuan dalam berimprovisasi di atas panggung. Terkait masyarakat saat ini memandang seni Joged Bumbung lebih ke arah negatif, menurutnya itu kembali kepada para seniman yang membawakan. Dengan regenerasi penari dan pemahaman yang baik kepada para seniman Joged Bumbung dia yakin pandangan buruk itu dapat dikikis.(bbn/rlsdps/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: -