search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali (4): Konflik Sarjana PKI dengan Sarjana PNI
Kamis, 13 September 2018, 08:51 WITA Follow
image

Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali (4): Konflik Sarjana PKI dengan Sarjana PNI

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Menjelang September 1965, konflik antara pendukung PNI dan PKI mulai terjadi di semua lapisan di Bali, termasuk di kalangan cerdik cendikia. Pada awal bulan Agustus 1964, ada musyawarah pembangunan antar sarjana daerah Bali di Denpasar. Pada saat acara pembukaan, Gubernur Bali Anak Agung Gde Suteja berhalangan hadir karena mendapat tugas ke Jakarta.

Dikutip dari Buku "Sang Guru, Sebuah Memoar Tentang Perjuangan dan Pengabdian, Drs. I Nyoman,  Sirna MPH", musyawarah ini penting karena hasilnya diharapkan dapat memberi kontribusi yang berarti bagi pembangunan Bali. Namun perseteruan politik yang kental ikut mempengaruhi acara.

Menurut Nyoman Sirna, dalam berbagai persidangan, peserta yang berafiliasi dengan PKI tampak selalu ingin memaksakan kehendaknya.

Akibatnya peserta lain langsung bereaksi. Saat itu, salah seorang pimpinan sidang IB Suanda Wisnawa, seorang sarjana yang juga anggota polisi militer dan perwira keamanan Istana Tampaksiring menunjukkan sikap tegas. Ia berhasil mengendalikan keadaan sehingga sarjana dari PKI tidak selalu mendominasi diskusi.

Setelah acara musyawarah pembangunan usai. para peserta simpatisan PKI mengadukan insiden di acara itu kepada Gubernur Suteja. Mendapat laporan semcam itu, Suteja marah besar. Dia langsung memanggil Wisnawa ke kantor gubernur.

Mayor Wisnawa memenuhi undangan gubernur tapi menolak untuk ditegur. Setelah dimarahi Gubernur Suteja, Wisnawa langsung pergi tanpa berpamitan pada gubernur.

Ketika situasi politik memanas, tindakan sekecil apapun bisa dinilai sebagai provokasi. Aksi-aksi sepihak yang disokong PKI di kalangan akar rumput, kerap kali menimbulkan keributan.

Kader dan simpatisan PKI sering melakukan penyabotan dan pengeroyokan, untuk merebut tanah pertanian atau aset lain.

Akibatnya orang-orang yang merasa dianggap musuh oleh PKI akan merasa terancam. (Tim Beritabali.com/Bersambung)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami