search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Gula Aren Jempanang, Komoditi yang Belum Dipandang
Senin, 17 September 2018, 13:45 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Beritabali.com,Badung. Dusun Jempanang, Desa Belok Sidan, Badung merupakan salah satu desa penghasil gula aren. Namun produksi gula aren masih belum dipandang sebagai komoditi yang potensial. 
 
[pilihan-redaksi]
Hal ini diakui oleh penyadap nira aren di Dusun Jempanang Ketut Jaman saat ditemui di Dusun Jempanang pada Senin (17/9). Menurut pria berumur 45 tahun tersebut, pekerjaan membuat gula aren hanya bisa dijadikan pekerjaan sampingan. Apalagi pohon aren baru bisa disadap niranya saat pohon sudah berumur sekitar 10-20 tahun.
 
 
"Harus menunggu 10-20 tahun agar pohon bisa disadap nirannya. Sekarang saya punya lebih dari 100 pohon tapi belum ada yang keluar batang bunganya," ujar ayah satu putra dan satu putri tersebut.
 
Jaman mengungkapkan hampir seluruh kepala keluarga di Dusun Jempanang memiliki pohon aren, namun hanya sebagian kecil yang memanfaatkan pohon aren untuk memproduksi gula aren. Begitu juga para penyadap nira lebih cenderung menjual nira segar atau yang biasa disebut tuak manis.
 
"Menjual dalam bentuk tuak manis lebih untuk karena tidak perlu waktu untuk mengolah, sehingga bisa mengambil pekerjaan lain. Terus tidak perlu mencari kayu bakar, keuntungan juga tidak jauh beda kalau dijual dalam bentuk gula aren," kata Jaman.
 
Jaman menuturkan secara rata-rata untuk satu kilogram gula aren selama ini dihargai sebesar Rp25.000- Rp30.000. Permintaan akan kebutuhan gula aren juga tinggi, namun produksinya belum tersedia secara rutin karena keterbatasan produksi. Belum lagi jika ada masyarakat yang memiliki hajatan atau upacara maka kebutuhan akan gula aren juga meningkat.
 
"Banyak yang cari tapi produksi tidak ada. Terutama banyak yg mencari untuk buat jajan. Banyak konsumen yang sampai pesan, banyak juga yang pesan tuak manis untuk dipakai obat kencing manis," jelas Jaman.
 
Penyadap nira lainnya di Dusun Jempanang I Wayan Timped mengakui hanya menyadap nira dan membuat gula aren hanya untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Kendati diakui kebutuhan gula aren cukup tinggi.
 
"Kebutuhan tinggi, diolah dengan menggunkan kayu bakar sehingga memiliki ciri khas tersendiri dari tekstur, warna maupun citarasanya," papar pria berumur 62 tahun.
 
Kini Wayan Timped memiliki luas kebun aren mencapai 50 are tetapi yang di sadap hanya 4 pohon. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan tenaga dan peralatan. Dimana dari 4 pohon tersebut, dalam sehari I Wayan Timped bisa memperoleh 20 liter nira aren dalam sehari. Rata-rata dari 20 liter tersebut dapat dihasilkan 4 leper atau cetakan gula aren. Dimana 1 leper atau cetakan tersebut berbobot rata-rata 900 gram dengan harga 25.000 setiap leper atau cetakan. 
 
Salah satu konsumen gula aren, I Nyoman Jaya Kesuma mengakui bahwa gula aren Jempanang memiliki ciri khas berupa manis alami. Selain itu, gula aren juga berkhasiat untuk menambah stamina.
 
[pilihan-redaksi2]
"Selain itu gula aren juga berhasiat menambah stamina mencegah anemia, diabetes, sariawan dan bisa dijadikan bahan kecantikan alami. Jika rutin dikonsumsi untuk menabah stamina dan mengurangi resiko diabetes" ungkap I Nyoman Jaya Kesuma.
 
Konsumen lainnya NI Nyoman Arini mengakui rutin mengkonsumsi gula aren untuk untuk mengatasi penyakit diabetes yang di deritanya. Gula aren Jempanang sangat cocok di komsumsi bagi penyadang diabetes seperti saya, gula aren pemanis alami yang berhasiat menekan gula berlebih dalam darah. Selain untuk komsumsi langsung juga bisa dijadikan bahan dasar pewarna alami jajan atau minuman" jelas Arini. (Bbn/Jempanang/mul)

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami