search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kreasi Apik Kisah Romansa Janger Bali Utara
Sabtu, 29 Juni 2019, 17:40 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Sebuah kreasi apik kisah romansa khas Buleleng yakni Jaya Prana dan Layon Saricoba ditampilkan oleh seniman muda Sanggar Seni Manik Uttara, Desa Panarukan, Buleleng. Kreasi janger melampahan tersebut tampil di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019 di Taman Budaya Denpasar pada Jumat  malam (28/6).

[pilihan-redaksi]

“Kami sendiri tidak kaku, memang agak melenceng dari kriteria tapi dengan ini anak-anak muda dan penonton tergugah keinginannya untuk menarikan maupun menonton Janger,” tutur Penata tari Janger Buleleng, Kadek Sefyan Artawan.

Menurut pandangan Sefyan, agar generasi milenial tergugah mempelajari Janger Klasik tak selamanya harus kaku. Meski telah diperingatkan Tim Pembina Janger dari Provinsi, namun Sefyan tetap membina dengan garapan Janger Klasik yang kaya akan kreasi dan inovasi.

“Kami mengemas dengan lebih inovatif agar anak-anak penampil enjoy dan supaya penonton tidak mengantuk,” terang Sefyan sedikit bergurau.

Inovasi yang dilakukan Sefyan selaku penata tari dan Gusti Ngurah Darma Putra selaku penata tabuh yakni terdapat empat aspek. Aspek pertama terletak pada gending yang digunakan dengan menambahkan unsur instrumen pop Bali.

“Selain gending, pada dialog, koreografi, dan guyonannya juga kami inovasikan,” jelas Sefyan.

Dengan judul Patemon Tresna Jayaprana Layon Sari, janger ini menghadirkan porsi yang pas antara romansa dan guyonan tanpa menghilangkan pakem dalam Janger. Pakem khas dari Janger seperti Pepeson, pengawit, tetamburan, maaras-arasan dan penyecek tetap dipertahankan sehingga unsur Janger Klasik itu masih ada.

Keberhasilan lainnya adalah sang penggarap Janger dari Bali utara ini memiliki pemahaman yang baik terhadap Janger melampahan.

“Dalam pemahaman saya, Janger melampahan itu baik janger dan kecaknya-lah yang memerankan lakon dalam cerita, bukan mengundang lagi penari di luar janger,” ungkap Sefyan.

Melibatkan 18 penabuh serta 20 penari putra dan putri,janger ini benar-benar menghibur penonton. Para penampil juga terlihat menikmati peran yang mereka bawakan. Adu rayu antara penari putra (kecak) dan putri (janger) dengan menggunakan dialek khas Buleleng, membuat penonton kian terhibur.

Komposisi gerak para penari benar-benar mencerminkan latar yang dimaksud, seperti saat Jaya Prana dan Layon Sari berada di istana, dengan sigap penari lainnya membentuk formasi layaknya singgasana.

“Garapan ini luar biasa, benar-benar menghibur meski melenceng dari ketentuan, dimana mereka menyajikan janger inovasi, tapi tetap kalau ini terus dilatih potensinya besar sekali,” papar I Komang Sudirga kagum. Sudirga yang menjadi salah satu Tim Pembina dan Pengamat Janger Klasik mengungkapkan bahwa sebuah keberlanjutan dari parade janger ini sangatlah dibutuhkan guna merangsang minat generasi milenial melestarikan tari pergaulan ini. [bbn/ananta/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami