search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Transformasi Digital Pada Industri Perhotelan di Indonesia Masih Berjalan Lambat
Selasa, 10 September 2019, 20:25 WITA Follow
image

beritabali.com/Mul

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Beritabali.com, Badung. Transformasi digital pada industri perhotelan di Indonesia dinilai masih berjalan lambat. Salah satu faktor yang menjadi penyebab lambatnya transformasi digital tersebut yaitu kesiapan sumber daya manusia (SDM) dalam mengadopsi kemajuan teknologi.

[pilihan-redaksi]

“Teknologi datangnya tiba-tiba, pihak hotel mesti melek teknologi, belajar teknologi, kebanyakan sekarang mereka sibuk akan kerja, beda tingkat umurnya jadi tidak secanggih milenial. Dengan adanya teknologi kalau SDM-nya tidak siap sama saja bohong” ungkap Presiden Direktur PT. Teknologi Raya Sejahtera (TRSid) Raynaldo Semuel saat dikonfirmasi di Kuta, Badung pada Selasa (10/9).

Menurut Semuel, sampai saat ini masih ada hotel yang melakukan promosi melalui media sosial seperti facebook dan instagram. Tercatat hanya beberapa hotel, terutama hotel besar yang telah melakukan transformasi digital dengan menggunakan platform tertentu, walaupun harus mengeluarkan investasi yang cukup besar.

“Jadi mereka ada traning-traning khusus, karena dari pusatnya sana sudah mengerti teknologi, di traning khusus agar orangnya mengikuti teknologi. Cuma kebanyakan yang lokal ini gak ada panduannya, itu butuh semacam pembelajaran” kata Semuel.

Hambatan kedua dalam transformasi teknologi di industri perhotelan di Indonesia yaitu belum adanya keberanian dalam melakukan investasi. Apalagi pola pikir pengelola hotel terutama hotel kecil yang menganggap investasi teknologi terlalu besar. “Perkembangan teknologi kan ada investasinya, kadang melihatnya resiko dan keuntungan, kalau resikonya tinggi, keuntungan kelamaan tentu manajemen dan owner tidak mau” jelas Semuel.

Asisten Manajer Marketing dan Komunikasi Smart Villas Agnes Dwi Wulandari mengakui masalah anggaran yang menjadi penyebab belum melakukan transformasi digital. Namun upaya adaptasi tetap dilakukan ditengah perkembangan digital yang sangat pesat.

“Karena sekarang semua serba digital, ini mempermudah bagi para customer, mengetahui apa produk kita. Masalah lainnya dari sisi manusianya, kesiapannya dalam menghadapi kecanggihan teknologi” papar Wulandari.

[pilihan-redaksi]

Sedangkan Meru Ardy, Front Office Manager Bintang Bali Resort menyatakan masalah terbesar dalam transformasi teknologi di industri perhotelan adalah kesiapan SDM. Mengingat SDM perhotelan tidak semuanya dari generasi milenial.

“Dan untuk menerapkan sistem digital itu  perlu waktu untuk mensosialisasikan. Kedua dari sisi owner pasti untuk menginvestasikan dengan digital pasti akan dibandingkan dengan pendapatan. Aku ngasi kamu seperti ini, apa dampaknya buat kita, terus berapa lama investasi itu bakalan balik” ujar Ardy.

Pada sisi lain menurut Ardy, sistem digital memang sangat membantu meningkatkan jumlah pemesanan, tetapi belum ada jaminan bahwa pemesanan dalam jumlah banyak tersebut akan memberikan peningkatan pendapatan. Jadi sistem digital harus bisa memastikan bahwa jaminan pendapatan diatas 80 persen.[bbn/muliarta]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami