Ratusan Babi Mati di Bali Positif ASF, Kadis: Sudah Diketahui Seminggu Lalu
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Ratusan babi yang mati di Bali belakangan ini dinyatakan positif disebabkan oleh demam babi afrika atau ASF (african swine fever). Hingga kini secara resmi tercatat sudah 888 babi yang mati di beberapa kabupaten yang ada di Bali. Jumlah babi yang mati kemungkinan akan bertambah karena hingga kini belum ada vaksi yang bisa mengatasi virus ASF.
Penegasan babi yang mati disebabkan oleh virus Demam Babi Afrika atau ASF ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Propinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana, di Denpasar hari Rabu (5/2/2020).
Menurutnya, kepastian soal ratusan babi di Bali yang sudah tertular Demam Babi Afrika atau ASF sudah diketahui sejak seminggu lalu berdasarkan hasil penelitian laboratorium balai besar veteriner (bbvet). Ia menolak disebut menutupi kasus kematian ratusan babi di Bali ini karena sebelumnya memang harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
"Kami tidak ada menutupi, kan sudah disampaikan dan jelaskan ke wartawan yang datang ke saya,"ujarnya.
Meski Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Propinsi Bali menyatakan ratusan babi mati di Bali positif akibat ASF sudah diketahui sejak seminggu lalu, namun Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Bali, I Ketut Gede Nata Kesuma mengatakan penyebab kematian ratusan babi yang mati di Bali belum pasti karena ASF.
"Maksudnya (Kadis) mungkin hasil pengujian di BBVET Denpasar menunjukkan kuman yang menyerupai dengan virus ASF, sehingga untuk memastikan perlu dikonfirmasi ddengan Lab Medan. Maksudnya pak kadis mungkin seperti itu, karena kami sampai saat ini belum terima hasil lab BBVET Medan. Tunggu (kepastiannya) Jumat besok ya," ujar Nata saat dikonfirmasi hari Rabu.
Dalam wawancara sebelumnya (1/2/2020), nata menyatakan penyebab kematian ratusan babi yang mati di Bali belum diketahui secara pasti.
Meski ada data yang menyebut angka kematian di Bali mencapai 1000 ekor lebih, namun Nata mengatakan hingga tanggal 31 Januari jumlah babi yang mati mencapai 888 ekor babi. Babi yang mati langsung dikubur pemiliknya untuk menghindari penularan ke babi lainya.
Kematian babi tertinggi terjadi di kabupaten Badung berjumlah 598 ekor dan kabupaten Tabanan berjumlah 219 ekor. Kasus kematian babi di kota Denpasar jumlahnya 45 ekor dan kabupaten Gianyar jumlahnya 24 ekor. Di kabupaten Bangli dan kabupaten Karangasem masing-masing satu ekor.
Meski jumlah babi yang mati sudah mencapai 888 ekor, namun kondisi ini dipastikan tidak mengganggu stok daging babi jelang hari raya Galungan di bulan Februari, karena jumlah ternak babi di bali mencapai 800 ribu ekor lebih.
Pihak dinas pertanian Bali sudah menempatkan puluhan personel di 26 lokasi di Bali untuk memantau kematian babi ini. Jika kematian babi belum bisa diatasi, kasus kematian babi dikhawatirkan akan meluas ke seluruh wilayah Bali.
Penyakit yang membunuh ratusan babi ini belum ada vaksinnya. Upaya yang bisa dilakukan saat ini hanya dengan melakukan bio security secara ketat di peternakan babi dan menghindari pemberian pakan dari sumber-sumber yang sudah terkontaminasi.
Reporter: bbn/tim