search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pengidap HIV Bisa Meninggal Jika Tertular COVID-19?
Minggu, 5 Juli 2020, 07:00 WITA Follow
image

bbn/CDC.gov

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Tanya: “Dok, terima kasih atas bahasannya tentang seks dan virus corona waktu lalu, aku jadi paham. Nah, ini aku ingin bertanya, aku kan seorang ODHA yang sedang minum obat ARV, apakah benar jika seorang yang terinfeksi HIV seperti aku jika tertular COVID-19 akan menjadi parah dan bisa meninggal? 


[pilihan-redaksi]
Sekalian biar aku bisa bagi informasinya kepada teman-temanku yang juga pada ODHA. Oh ya, sekalian selamat ya Dok, terpilih menjadi ketua Forum Peduli AIDS…” (Pande, 32)


Jawab: Yang dimaksud dengan ODHA adalah orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Sedangkan ARV adalah Antiretroviral atau obat antivirus yang dikonsumsi pengidap HIV untuk dapat menekan perkembangan virus dalam tubuh sehingga kualitas hidup tetap terjaga. Pengidap HIV yang belum mendapat pengobatan ARV akan rentan untuk mendapatkan infeksi tambahan saat daya tahan tubuhnya menurun, yang disebut dengan infeksi oportunistik dan perjalanan penyakitnya pun akan cepat mengalami perburukan. 


Hal ini disebabkan karena sistem imun yang belum pulih. Penularan virus SARS CoV2 atau virus corona sama saja penularannya pada pengidap HIV, bisa terjadi lewat droplet atau percikan air liur, bisa lewat batuk, bersin, atau bercakap-cakap jarak dekat tanpa masker. Juga bisa dari ciuman dalam saat beraktivitas seksual karena ada kontak air liur.


Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ada peningkatan risiko infeksi terinfeksi virus corona dan peningkatan perburukan penyakit pada pengidap HIV. Saat ini tidak ada kasus Covid-19 yang dilaporkan terjadi di antara sesama pengidap HIV saja, meskipun tetap dapat terjadi penularan pada pengidap HIV ketika virus sudah menyebar di masyarakat. 


Yang sudah terbukti saat ini menjadi sakit parah karena virus corona terutama adalah yang terkait dengan usia lanjut dan penyakit penyerta lainnya, seperti penyakit jantung, diabetes, penyakit saluran pernapasan kronis, dan hipertensi. Beberapa orang yang tadinya sehat juga uniknya dapat menderita penyakit parah akibat infeksi virus corona ini.


Tentu saja ODHA atau pengidap HIV yang mengetahui status HIV-nya disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan atau selalu disiplin melakukan protokol kesehatan yang sama seperti masyarakat umum mesti lakukan, yaitu rajin mencuci tangan, menjaga jarak atau menghindari kerumunan, menggunakan masker saat di luar rumah, juga mencari perawatan medis jika bergejala, dan tindakan lain sesuai rekomendasi pemerintah. 


Pengidap HIV yang meminum obat ARV juga harus mengkonsumsinya dengan rutin dan disiplin, serta harus memastikan bahwa memiliki stok ARV yang cukup, paling tidak untuk satu hingga dua bulan ke depan. Sekaligus juga penting untuk dipastikan agar yang belum memulai pengobatan ARV dapat segera memulai pengobatan. Bagi orang yang merasa berisiko disarankan untuk segera memeriksakan diri agar perkembangan penyakit terkait HIV dapat dikendalikan dan mengurangi komplikasi dari penyakit penyerta lainnya.


Apakah ARV dapat digunakan untuk mengobati Covid-19 karena ARV juga adalah anti virus? Beberapa penelitian memang memperlihatkan bahwa pada pengidap HIV yang minum ARV dan terinfeksi virus corona ternyata penyakitnya tidak menjadi berat atau tidak jatuh ke kondisi yang fatal, terutama ARV jenis tertentu misalnya Lopinavir dan Ritonavir (LPV/r) yang akhirnya malah pada beberapa negara ARV jenis ini diberikan untuk terapi Covid-19 pada orang yang tidak mengidap HIV. Bahkan untuk profilaksis atau pencegahan. 


Tetapi memang penelitian menggunakan obat ini memiliki banyak keterbatasan dan perlu dipastikan dengan banyak penelitian yang sama dalam jumlah kasus lebih banyak lagi. Perlu diingat bahwa Covid-19 adalah penyakit infeksi baru yang masih banyak butuh penelitian-penelitian untuk menjelaskan tentang penyakit ini termasuk terapi dan vaksinnya.


Jadi, sekali lagi, walaupun ternyata pengidap HIV secara teori memiliki daya tahan tubuh yang kurang baik, tetapi jika mengkonsumsi ARV maka risiko tertular dan akan menjadi lebih berat adalah tidak terbukti. Justru beberapa penelitian terbaru menyebutkan jauh dari risiko fatal, dugaannya karena sedikit tidaknya ARV yang diminum juga efektif terhadap virus corona dan tidak terjadi badai sitokin yang dapat membuat sesak nafas berat yang berakibat fatal. 


Syaratnya adalah tetap menjaga kesehatan dan disiplin minum obat ARV-nya dan selalu melakukan protokol kesehatan. Dan jika bisa, ikut melakukan edukasi pencegahan Covid-19 juga ke masyarakat luas.


dr Oka Negara, M.Biomed, FIAS

Reporter: bbn/oka



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami