search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
10 Penyanyi Anak-anak dan Remaja Suarakan Tri Hita Karana di Album Kompilasi
Jumat, 31 Juli 2020, 20:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Sanggar musik Dewata Creative akhirnya meluncurkan album pop Bali berjudul “Sesane Alit-Alit Bali Mautama” setelah sebelumnya sempat tertunda karena pandemi Covid-19. 

[pilihan-redaksi]
Pengenalan album yang dikemas berupa DVD video klip ini dilangsungkan dalam satu acara peluncuran di kawasan Padanggalak, Denpasar, Jumat (31/7). Yang menarik, album kompilasi yang menampilkan 10 penyanyi anak-anak dan remaja ini mengusung konsep Tri Hita Karana dalam lagu-lagunya. 

Menurut Dewa Sujana, pimpinan Dewata Creative, konsep Tri Hita Karana sebagai filosofi kehidupan sehari-hari masyarakat Bali diangkat dengan maksud album ini tidak hanya sekadar hiburan namun juga memiliki nilai edukasi yang tinggi.

“Dengan harapan, setelah menyimak, mendengar lagu dan menonton video klip di album ini secara utuh, dapat tergambar secara jelas konsep Tri Hita Karana di album ini,” ujarnya.

Aransemen musik keseluruhan lagu di album ini langsung ditangani Dewa Sujana, kecuali satu lagu “Metulis di Hati” diaransemen Dek Artha. Sedangkan penggarapan video klip dipercayakan kepada videographer Gede Purnama Jaya. 

Dari 10 lagu yang terangkum di album “Sesane Alit-Alit Bali Mautama”, 9 di antaranya adalah karya pencipta lagu pop Bali kenamaan Dewa Mayura, dan 1 lagu “Makejang Buat Iraga” merupakan buah karya De Alot yang juga dikenal sebagai “senior” di blantika musik pop Bali.

Adapun pendukung album ini bisa dibilang bukan asal comot. Penyanyi anak dan remaja yang ambil bagian di album ini punya kemampuan menyanyi di atas rata-rata dengan latar belakang pendidikan vokal yang terarah serta pengalaman lomba di berbagai kesempatan.

Mereka adalah Chefi Defi (Sanghyang Dewi Saraswati), Gek Ita (Astungkara), Rani Iswari (Mekejang Buat Iraga), Bulan Manohara (Bulan Jegeg), Ciesta Anindia (Sesatya Matan Ai), Nadia Paramita (Ibu Setate Di Hati ), Ayu Maharani (Alit-Alit Dewata) Gung Yeis (Menek Bajang), Vania Sakanti (Ngulgulin Hati), Mawar Pradnya (Metulis Di Hati).

Akan halnya nilai-nilai Tri Hita Karana, Dewa Sujana menjelaskan, aspek keharmonisan hubungan manusia dengan Sang Pencipta jelas tergambar dalam lagu “Sanghyang Dewi Saraswati” yang berkisah bagaimana kita memuja Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, dan lagu “Astungkara” yang bercerita tentang keagungan Ida Sang Hang Widhi Wasa sebagai tujuan doa-doa umat manusia.

Aspek keharmonisan hubungan manusia dengan alam dapat disimak dalam lagu “Mekejang buat irage” yang bercerita tentang keberadaan alam serta imbauan untuk bersama-sama menjaga alam beserta isinya, dan lagu “Bulan Jegeg” yang mengilustraikan kekuatan alam dan bulan sebagai sumber inspirasi bagi umat manusia untuk kebaikan umat manusia.

Aspek keharmonisan hubungan manusia dengan dengan sesamanya tergambar dalam sebagian besar lagu selebihnya, mulai dari hubungan antara anak dan orangtua, hubungan anak-anak dengan sesama, pun perkembangan atau masa peralihan dari anak-anak ke masa remaja. Sebut misalnya lagu “Sesatya Matan Ai”, “Ibu Setate Di Hati”, “Alit Bali Dewata”, “Menek Bajang”, “Ngulgulin Hati”, dan “Metulis Di Hati”. 

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami