search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Populasi Babi di Bali Menurun, Ini Solusi dari Akademisi
Jumat, 12 Februari 2021, 14:15 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Kondisi populasi babi di Bali tidak memperlihatkan perkembangan yang signifikan bila dibandingkan dengan permintaan masyarakat akan daging babi. 

Hal ini karena daging babi tidak hanya di manfaatkan sebagai produk konsumsi namun juga digunakan dalam kegiatan keagamaan. Oleh sebab itu pemerintah Provinsi Bali perlu membuat kebijakan untuk meningkatkan populasi ternak babi ini. 

Kehadiran perguruan tinggi untuk mendampingi pemerintah dalam mengembangbiakkan ternak babi sangat diperlukan dalam memberikan edukasi, pembinaan dan pendampingan kepada peternak. 

Secara perlahan diharapkan sistem beternak masyarakat yang selama ini masih tradisional berubah ke peternakan yang modern sehingga, mampu meningkatkan ketersediaan daging babi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. 

"Selain itu, dengan sistem pemeliharaan yang secara umum dilakukan oleh peternak saat ini dimana peternak belum sepenuhnya mampu menerapkan manajemen usaha peternakan terutama biosecurity-nya, maka peluang terjangkit penyakit lebih besar dibanding bila babi dipelihara secara modern," sebut akademisi Wakil Dekan 2 Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Dr. Ir. Budi Rahayu Tanama Putri,S.Pt.,MM.,IPM.,ASEAN.Eng, saat dikonfirmasi, Jumat (12/2) di Denpasar.

Ia pernah melakukan penelitian tentang ternak babi, selama tiga tahun terakhir ini dengan melakukan penelitian khususnya pada babi Bali yang terdapat di Nusa Penida yang merupakan plasma nutfah. Babi Bali merupakan babi tipe lemak, yang merupakan bahan baku yang sangat baik sebagai babi guling.

"Kondisi usaha peternakan babi Bali yang ada di Nusa Penida saat ini sangat memprihatinkan, dimana usaha peternakan dilakukan secara tradisional, tanpa dikandangkan, dan pakan yang diberikan adalah pakan yang bersumber dari limbah pembuatan minyak kelapa, limbah rumah tangga ataupun tanaman pakan babi yang ada di sekitaran lokasi kandang," paparnya.

Seiring dengan perkembangan Nusa Penida sebagai salah satu destinasi wisata favorit, kawasan yang selama ini bebas untuk memelihara babi oleh masyarakat, perlahan beralih fungsi menjadi villa, restauran, dan yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dibuat kebijakan berupa regulasi yang bertujuan untuk melindungi sekaligus mengembangbiakkan plasma nutfah ini menjadi komoditi unggulan.

Kemudian secara bersinergi dengan pelaku pariwisata menjadikan ternak ini menjadi objek wisata selain untuk pendidikan yang lebih dikenal dengan istilah agroecoeduturism.

"Dengan demikian, maka ternak babi Bali terhindar dari kepunahan akibat kawasan yang sudah beralih fungsi tersebut. Sejalan dengan aktivitas tersebut perlu pula diberi pendampingan kepada masyarakat setempat tentang model agribisnis peternakan babi yang terintegrasi," katanya.

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami