Sejarah Pembangunan Bandara Ngurah Rai Bali Tahun 1960-an (1)
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Bulan Januari 1964, Horst Henry Geerken, seorang warga Jerman yang bekerja di perusahaan telekomunikasi Jerman, pergi ke Bali untuk bekerja di proyek pembangunan Bandara Tuban (Ngurah Rai) di wilayah Badung, Bali.
Dalam bukunya " A Magic Gecko" Henry menulis, saat itu Bandara Tuban (Ngurah Rai) hanyalah sebuah landasan rumput sederhana bergelombang dan hanya sekali-sekali didarati oleh pesawat kecil. Presiden Sukarno ingin menjadikan bandara ini berstandar internasional untuk membuka Bali bagi pariwisata. Henry bertugas untuk menyediakan alat-alat yang berhubungan dengan telekomunikasi.
Saat Henry tiba di Bali, pembangunan bandara telah dimulai. Perusahaaan Jerman tempatnya bekerja yakni Grun & Bilfinger, memperoleh kontrak untuk membangun landasan. Bersama para insinyur Indonesia, ia mengurus perencanaan fasilitas pemancar dan penerimaan.
"Kami harus melakukan tes lapangan untuk menentukan lokasi terbaik untuk bangunan dan antena yang dibutuhkan. Banyak yang harus dikerjakan sehingga saya sibuk berminggu-minggu. Pada hari Minggu saya bebas bepergian untu mengenal tempat itu dan masyarakatnya," tulisnya.
Dalam bukunya Henry menulis, Presiden Sukarno waktu itu terobsesi dengan gagasan untuk memiliki landasan yang menjorok ke laut seperti bandara di Kai Tak Hongkong.
Sederetan truk membawa jutaan meter kubik batu untuk menguruk laut siang malam. Batu-batu tersebut ditambang dari bagian selatan pulau. Pekerjaan yang paling sulit yakni dilakukan oleh ratusan perempuan, sementara laki-laki duduk di kursi ekskavator dan memuat truk begitu truk-truk tersebut tiba. (bersambung ke bagian 2)
Reporter: bbn/tim