search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kandungan Proteinnya Tinggi, “Be Nyalian” Terancam Punah di Bali
Selasa, 6 April 2021, 11:10 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Keberadaan “Be Nyalian” atau ikan nyalian (Rasbora sp) di sungai-sungai di Bali terancam punah. 

Ancaman kepunahan ikan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya penangkapan yang tidak ramah lingkungan, pencemaran, ikan introduksi dan adanya mutasi gen. Bukti ancaman kepunahan jenis ikan nyalian adalah sudah tidak ditemukan spesies Nyalian Bali (Rasbora balinensis) yang endemik di Danau Beratan.

Peneliti dari Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa, Dr. Dra. Sang Ayu Made Putri Suryani, M.Si menyebutkan ikan Nyalian selama ini ditangkap karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Ikan Nyalian digunakan sebagai alternatif sumber protein karena proteinnya mencapai 33,4 g/100 g.

“Kandungan protein Nyalian lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein ikan mas dan ikan bandeng, Nyalian juga mengandung flour yang tinggi serta mengandung omega 3,” jelas Putri Suryani saat ditemui di Denpasar pada Selasa (6/4).

Ia mengungkapkan rasanya yang lezat serta kandungan gizinya yang tinggi membuat ikan ini banyak diminati masyarakat. Ikan Nyalian juga merupakan ikan ekonomis penting di wilayah aliran sungai sehingga masyarakat menjadikannya sebagai target tangkapan yang utama. Berbeda dengan di negara lain di Asia Tenggara dimanfaatkan sebagai ikan hias. 

Menurutnya kualitas air sungai yang sudah mengalami pencemaran disertai banyaknya ikan introduksi juga mempengaruhi keanekaragaman ikan di sungai dan jika tidak dilakukan pelestarian akan menyebabkan ikan lokal atau spesies endemik mengalami kepunahan

Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Yeh Sungi Kabupaten Tabanan. "Status mutu sungai Yeh Sungi pada bagian hulu masih memenuhi standar kualitas air kelas 1 dengan Indeks pencemaran antara 0,5 sd 1,3 sedangkan bagian tengah dan hilir tergolong tercemar ringan dimana Indeks Pencemarannya berkisar antara 1,5 - 2,6," jelas Putri Suryani.

Dalam penelitiannya, Putri Suryani juga menemukan adanya mutasi gen, dimana mutasi dapat disebabkan oleh mutagen yang berasal dari alam maupun buatan. Mutagen yang terdapat di alam dapat menyebabkan terjadinya mutasi spontan pada ikan, pada penelitian ini mutasi terjadi secara alami yang menyebabkan berubahnya susunan basa nukleotida yang disandi. 

Mutasi ini disebabkan karena ikan terpapar pada perairan yang tercemar seperti kadar BOD5, COD, Total Posfat, Nitrat, TSS, Amoniak dan pH air sudah melebihi standar baku mutu air untuk kehidupan ikan sehingga ikan  melakukan proses adaptasi terhadap perubahan parameter kualitas air tersebut. 

“Tingginya kandungan Asam Nitrat pada perairan dapat mempengaruhi susunan DNA dan mempengaruhi jalannya replikasi DNA,” paparnya.

Putri Suryani merekomendasikan perlu adanya konservasi genetik untuk mempertahankan gen asli COI dalam upaya menjaga kelestarian genetik populasi ikan lokal. Pemanfaatan teknologi budidaya ikan lokal di kolam-kolam menjadi penting sehingga populasi ikan di alam tidak menurun. 

“Perlu melakukan penelitian mutasi yang terjadi pada gen yang membawa melanin untuk tujuan rekayasa sebagai ikan hias. Mengurangi restoking ikan introduksi pada perairan umum  yang bisa menjadi predator ikan lokal," ungkap Putri Suryani.

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami