100 Ribu Orang Dibantai di Bali Tahun 1965-1966
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Insiden Bali berdarah periode 1965-1966 merupakan pelajaran sangat berharga bagi penerus Bangsa Indonesia. Salah satu pemicu yang paling menonjol setelah Gerakan 30 September 1965 di Jakarta, adalah konflik internal antar sesama pemeluk Agama Hindu yang taat di Partai Nasional Indonesia (PNI) Provinsi Bali.
Konflik berupa perebutan kekuasaan dan pengaruh yang kemudian berubah menjadi bentuk pelampiasan rasa gengsi, keserakahan, kerakusan, iri, dengki, sakit hati yang berimplikasi pada aksi pengusiran, pembunuhan, perampokan, perkosaan terhadap kelompok manusia yang tidak berdosa, dengan mengatasnamakan pemberantasan Partai Komunis Indonesia (PKI) hingga ke akar-akarnya.
Tragedi politik di Provinsi Bali sangat tidak layak dijadikan contoh bagi generasi penerus Bangsa Indonesia. Selama beberapa bulan, pasukan maut milisi menyusuri desa-desa dan menangkap orang-orang yang diduga PKI.
Antara Desember 1965 dan awal tahun 1966, tidak kurang 80.000 hingga 100.000 orang di Propinsi Bali dibantai, atau 5 persen dari populasi Pulau bali saat itu.
Korban pembunuhan, perampokan, dan perkosaan di Bali dengan dalih menumpas PKI, merupakan populasi terbanyak dari daerah manapun di Indonesia jika dihitung dari populasi penduduk.
Buku "Nasib Para Sukarnois: Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja, 1966, yang ditulis oleh penulis Aju menyebutkan, pembantaian di Propinsi Bali merupakan yang paling buruk dalam sejarah kekerasan politik di Indonesia.
Reporter: bbn/tim