search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pemerintah Dikritik Soal Agama Lokal di Indonesia
Selasa, 7 Desember 2021, 23:20 WITA Follow
image

beritabali/ist/Pemerintah Dikritik Soal Agama Lokal di Indonesia.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BANGLI.

Guru besar di Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar Profesor I Nyoman Yoga Segara memberikan kritik perihal peran pemerintah dalam melayani penganut agama lokal di Indonesia. 

Hal itu disampaikan pada orasi kebudayaan saat dikukuhkan menjadi Profesor di Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar pada bidang ilmu antropologi budaya di Bangli, Selasa (7/12). 

Dalam orasi ilmiahnya, Prof Yoga Segara memaparkan tentang 'Menata Ulang Residu Kebijakan Negara terhadap Agama Lokal di Indonesia'. 

Ia dalam penelitiannya bersama tim mengkaji dampak yang dialami para penghayat kepercayaan pasca Putusan MK Nomor 97/PUU-XIV/2016. Salah satunya adalah situasi yang dihadapi oleh penganut Hindu Alukta di Tana Toraja.

“Saya ingin menjadikan Hindu Alukta di Tana Toraja sebagai pintu masuk untuk membuka dialektika tentang bagaimana peran negara dan strategi bertahan penganut agama lokal, diskursus yang sampai saat ini masih hangat menjadi perbincangan publik,” ujarnya.

Selain itu, Prof Yoga Segara juga mengungkapkan dari Putusan MK 97/2016, beberapa Umat Hindu Alukta dihinggapi kegamangan untuk meneruskan Agama Hindu, ingin memilih agama resmi lain atau menjadi penghayat kepercayaan. 

“Kembali lagi ke agama lokalnya, mereka membayangkan tidak akan mendapatkan pelayanan maksimal seperti mereka memeluk agama mainstream,” ujarnya.

Ia juga menyebut, beberapa kasus yang sama di Indonesia mengalami nasib yang sama seperti Hindu Alukta di Tana Toraja yakni suku Tolotang komunitas wetu telu di Lombok hingga mungkin saja Hindu Kaharingan. 

“Ini menjadi semacam autokritik,” ujarnya. 

Pada kesempatan itu, tamatan S3 Antropologi Universitas Indonesia (UI) tersebut juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu langkah pencapaian dirinya. 

Prof Yoga Segara saat ini duduk sebagai Wakil Rektor II UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. 

Pria 47 tahun ini mengawali karir sebagai PNS di Kementerian Agama RI pada 1999 lalu pascatamat S1 Sastra dan Filsafat Hindu di Universitas Hindu Indonesia tahun 1998. Pernah menduduki posisi Wakil Ketua I sekaligus dosen tetap Yayasan di STAH Dharma Nusantara Jakarta, mengajar di Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Binus University Jakarta, dan Universitas Mercu Buana Jakarta. 

Selain itu, juga pernah menjadi Widyaiswara Madya di Pusdiklat Tenaga Administrasi dan Peneliti Sosial-Kemasyarakatan di Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. 

Rektor UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Prof. I Gusti Ngurah Sudiana, dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada Prof. Yoga Segara. Ia merupakan profesor ke-13 di UHN dengan bidang Ilmu Antropologi Budaya.

"Kepada keluarga saya juga ucapkan selamat berbahagia. Ini merupakan kebanggan kita semua," ujarnya. 

Dirjen Bimas Hindu, Dr. Tri Handoko Seto dalam sambutannya juga mengucapkan selamat kepada Prof. Yoga Segara. Momentum ini, kata dia sebagai pemicu semangat umat, khususnya generasi muda Hindu dalam menimba ilmu di dunia pendidikan. 

Dirjen berharap pria asal Serangan, Denpasar Selatan tersebut terus berkarya dalam dunia ilmiah sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang bisa menjadi 'pijakan' pemerintah dalam pelaksanaan program tertentu. 

"Mari bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan kualitas umat. Demikian juga Moderasi Beragama," ujarnya. 

Reporter: bbn/tab



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami