Sejarah Kampung Loloan Bugis Melayu di Jembrana
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Sejarah awal mula dari Loloan Timur dan Loloan Barat di Jembrana berawal dari dibukanya pelabuhan atau yang lebih dikenal dengan nama Bandar Pancoran oleh Daeng Nachoda tahun 1669 Masehi, atas seizin Raja Jembrana I Gusti Arya Pancoran IV.
Di sekitar Bandar Pancoran terbentuklah komunitas masyarakat yang dinamakan Kampung Pancoran. Pada tahun 1675 di timur Sungai Ijogading mulai terbentuk Kampung Timur Sungai dan Banjar Mertasari.
Penulis sejarah Bugis Loloan Eka Sabara mengatakan, setelah masuknya rombongan Eskuadron keturunan Sultan Pontianak yang bernama Syarif Abdullah bin Yahya Al Qadri yang lebih dikenal dengan nama Syarif Tue Loloan, pada tahun 1798 Masehi, maka atas seizin Raja I Gusti Agung Arya Putu Seloka (Raja Jembrana dari dinasti Mengwi, Syarif Abdullah bin Yahya Al Qadry diberikan hak mendiami tanah seluas 80 Hektar di kanan dan kiri sungai Ijogading.
Kemudian Syarif Tue mulai membuka sebuah perkampungan di Timur Sungai dan di Barat Sungai, kedua kampung tersebut Bernama Loloan.
"Oleh Syarif Tue Loloan, wilayah Timur Sungai dijadikan tempat untuk pengajaran Ilmu Agama dan di Barat Sungai dijadikan administrasi perdagangan dan perekonomian," ungkapnya.
Ia juga menambahkan, pada tahun 1930, Raden Hardjodisumo selaku Pembekel Loloan (setingkat Camat pada jaman Belanda), mengangkat H. Basuni sebagai Kepala Desa Loloan, dengan menjalankan roda pemerintahan di Barat Sungai.
"Kemudian pada tahun 1940 di Timur Sungai dibentuk pemerintahan Desa dengan H. Abdurrahman Imran sebagai Kepala Desa Loloan Timur, dan di barat Sungai dibentuk Desa Loloan Barat dengan Kepala Desanya bernama Ali bin H Kasan. Dan beberapa bukti dokumen dan peninggalan barang bukti berupa manuskrip sejarah Loloan serta sumber-sumber lontar Arya Pancoran," pungkasnya.
Reporter: bbn/jbr