search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
6 Skenario Jika Putin Kalah di Ukraina, Ada Perang Nuklir
Rabu, 14 September 2022, 11:44 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/6 Skenario Jika Putin Kalah di Ukraina, Ada Perang Nuklir

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Rusia memutuskan untuk menarik tentaranya yang berada di wilayah Kharkiv, Ukraina. Moskow menyebut hal ini dilakukan untuk menyatukan kembali pasukannya demi fokus dalam merebut Donbas.

Walau begitu, pihak Ukraina menyebut Rusia telah menderita kekalahan di wilayah Kharkiv. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan menyatakan telah telah merebut kembali 6.000 kilometer persegi (2.320 mil persegi) wilayahnya dari Rusia dalam serangan balasan bulan ini.

Dengan mundurnya pasukan Rusia ini, Presiden Rusia Vladimir Putin dirasa memiliki beberapa skenario dalam menanggapi manuver ini. Skenario ini pun datang dengan pertimbangan resiko domestik dan geopolitik.

Berikut beberapa skenario yang dapat diambil Putin:

1. Menyerang Balik

Analis militer Rusia dan Barat setuju bahwa Moskow perlu segera menstabilkan garis depan, menghentikan kemajuan Ukraina, berkumpul kembali dan, jika mereka mampu, meluncurkan serangan balasan mereka sendiri.

Namun, ada keraguan di Barat tentang apakah Rusia memiliki pasukan darat atau peralatan yang memadai, mengingat berapa banyak korban yang telah diambil dan berapa banyak peralatan tempur yang dihancurkan Kyiv.

"Tidak ada pasukan," kata Direktur Konsultasi Rochan Polandia Konrad Muzyka setelah kemunduran Rusia di timur laut.

"Batalyon sukarelawan berada di bawah kekuatan, dan kampanye perekrutan tidak memberikan apa yang diharapkan. Dan saya pikir itu hanya akan menjadi lebih buruk karena semakin sedikit pria yang sekarang ingin bergabung. Jika Moskow ingin menambahkan laki-laki, perlu melakukan mobilisasi."

Upaya Rusia untuk meningkatkan jumlah pasukan dilakukan dengan beberapa cara seperti pembentukan Korps Angkatan Darat ke-3 yang baru, pembuatan pasukan baru oleh pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov, dan dekrit Putin bulan lalu untuk menambah kekuatan personil.

2. Mobilisasi Komponen Cadangan

Mobilisasi komponen cadangan Rusia, yang berjumlah sekitar 2 juta orang dengan dinas militer dalam lima tahun terakhir, juga merupakan opsi yang dapat diambil. Namun perlu waktu untuk melatih dan mengerahkan para komponen cadangan itu.

Langkah seperti itu akan populer di kalangan nasionalis. Tetapi tidak demikian dengan beberapa pria Rusia di pusat-pusat kota yang kurang tertarik untuk berperang.

Selain itu, mobilisasi ini akan menjauhkan Rusia dari "operasi militer khusus" dengan tujuan ke perang terbuka.

Andrey Kortunov, kepala RIAC, sebuah think tank yang dekat dengan kementerian luar negeri Rusia, mengatakan ia yakin pihak berwenang enggan melakukan mobilisasi.

"Di kota-kota besar banyak orang tidak mau pergi dan melawan dan mobilisasi sepertinya tidak akan populer," kata Kortunov.

"Kedua, saya pikir bisa dibilang kepentingan Putin untuk menyajikan semuanya sebagai operasi terbatas. Negara ingin melestarikan sebanyak mungkin seperti sebelumnya tanpa membuat perubahan radikal."

3. Perluas Target Misil

Setelah kemundurannya di timur laut Ukraina, Rusia menyerang infrastruktur listrik Ukraina dengan rudal. Itu menyebabkan pemadaman sementara di Kharkiv dan wilayah Poltava dan Sumy yang berdekatan. Pasokan air dan jaringan seluler juga terpengaruh.

Langkah itu disambut oleh beberapa nasionalis Rusia yang ingin melihat Moskow menggunakan rudal jelajah untuk melumpuhkan infrastruktur Ukraina secara lebih permanen.

Kaum nasionalis juga telah lama menyerukan Kremlin untuk menyerang apa yang mereka sebut pusat "pengambilan keputusan" di Kyiv dan di tempat lain.

4. Mengakhiri Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Ukraina

Putin telah mengeluh bahwa kesepakatan yang memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian dan bahan makanan lainnya melalui Laut Hitam tidak adil bagi negara-negara miskin dan Rusia.

Putin akan mengadakan pembicaraan minggu ini dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membahas revisi kesepakatan. Pasalnya, Turki dan PBB merupakan mediator keputusan itu.

Jika Putin ingin segera menyakiti Ukraina, ia dapat menangguhkan atau membatalkan pakta tersebut atau menolak untuk memperbaruinya ketika perjanjian itu berakhir pada November.

Namun bila Putin benar-benar mengambil langkah itu, Barat dan negara-negara miskin di Afrika dan Timur Tengah akan menuduhnya memperburuk kekurangan pangan global.

5. Sepakat Berdamai

Kremlin berjanji akan mendiktekan syarat-syarat kesepakatan damai kepada Kyiv ketika 'saatnya tiba'. Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan ia akan menggunakan kekuatan untuk membebaskan negaranya.

Zelensky mengatakan pembebasan itu termasuk Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014. Moskow telah berulang kali mengatakan bahwa status Krimea telah diselesaikan selamanya.

Hal ini tentu menyulitkan skenario perdamaian. Rusia sepertinya enggan untuk melepas Donetsk dan Luhansk setelah dua wilayah itu diakui kemerdekaannya oleh Kremlin.

Selain itu, menyerahkan kembali wilayah yang direbut di Ukraina Selatan juga tampak mustahil bagi Rusia. Pasalnya, wilayah itu merupakan wilayah yang penting dalam melindungi Krimea.

6. Luncurkan Nuklir

Pejabat pemerintah Rusia telah menolak asumsi Barat bahwa Moskow akan menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina. Pasalnya, selain menimbulkan korban massal, langkah seperti itu dapat memulai eskalasi berbahaya dan secara resmi menarik negara-negara Barat ke dalam perang langsung dengan Rusia.

Doktrin nuklir Rusia memungkinkan penggunaan senjata nuklir jika Negeri Beruang Merah itu menghadapi ancaman eksistensial dari senjata konvensional.

Brenton, mantan duta besar Inggris untuk Rusia, telah memperingatkan bahwa Putin yang terpojok bisa menjadi nuklir jika ia menghadapi kekalahan memalukan tanpa jalan keluar yang mampu menyelamatkan wajahnya dari publik.

"Jika pilihan bagi Rusia adalah kalah perang, dan kalah telak dan Putin jatuh, atau semacam demonstrasi nuklir, saya tidak akan bertaruh bahwa mereka tidak akan memilih demonstrasi nuklir," kata Brenton.(sumber: cnbcindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami