Ada Tanda 'Resesi Seks', Politisi Eropa Ini Salahkan Alkohol
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Pemimpin partai berkuasa di Polandia menuding minuman beralkohol jadi biang kerok rendahnya tingkat melahirkan wanita muda di negara-negara Eropa. Jaros?aw Kaczy?ski membuat klaim kontroversial yang memicu kemarahan politisi oposisi dan para aktivis perempuan itu pada akhir pekan lalu. Menurutnya, komentarnya tersebut sangat beralasan.
"Jika kita melihat kelanjutan dari situasi di mana, hingga usia 25, wanita muda minum sebanyak pria seusia mereka, maka tidak akan ada anak," kata Kaczy?ski, dikutip The Guardian, Selasa (8/11/2022).
"Seorang pria, untuk menjadi seorang pecandu alkohol, harus minum secara berlebihan selama rata-rata 20 tahun ... sementara seorang wanita hanya 2 [tahun]," imbuhnya.
Ketua Partai Hukum dan Keadilan (PiS) sayap kanan, yang tidak memiliki anak itu, mengatakan informasinya berasal dari seorang dokter yang berhasil menyembuhkan sepertiga pasien alkoholik prianya, tetapi tidak ada wanita.
Kaczy?ski menambahkan bahwa dia tidak mendukung wanita yang memiliki anak di usia muda karena seorang wanita harus matang menjadi seorang ibu.
"Tapi, jika dia minum-minum sampai usia 25 - saya bercanda sedikit di sini - maka itu bukan pertanda baik untuk angka kelahiran," katanya.
Politisi sayap kiri, Joanna Scheuring-Wielgus, mengecam komentar tersebut dan menyebutnya "sampah" dan juga menyebut Kaczynski sebagai "seorang kakek tua patriarkal".
"Tentu saja kita bisa menertawakan ini, membuat meme darinya, tetapi ini adalah masalah yang serius dan tragis," katanya.
Katarzyna Lubnauer, seorang anggota parlemen dari Koalisi Sipil (KO) liberal, menyebut Kaczy?ski tidak nyambung dan mengatakan komentarnya "menghina wanita".
Tak hanya politisi, istri bintang sepak bola Polandia Robert Lewandowski, Anna, juga ikut berkomentar di Instagram.
"Cukup. Itu membuat saya marah ketika saya melihat politisi menuduh perempuan secara tidak adil alih-alih mengakui masalah sebenarnya," tuturnya.
Sementara itu, para kritikus berpendapat bahwa wanita Polandia ragu-ragu untuk memiliki anak karena alasan keuangan serta takut akan pembatasan aborsi yang diperkenalkan oleh PiS.
"Polandia di bawah pemerintahan PiS adalah anti-keluarga dan anti-perempuan," kata Scheuring-Wielgus.
Statistik resmi menempatkan angka kelahiran di Polandia saat ini di lebih dari 1,3 anak untuk setiap wanita, angka di bawah rata-rata Uni Eropa dan ambang pembaruan generasi.
Adapun penurunan jumlah kelahiran atau populasi kerap disebut sebagai tanda-tanda terjadinya resesi seks di suatu negara, kendati faktornya tak hanya enggan melakukan hubungan seks.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net