Warga Jepang Berhemat, Menjerit Harga-Harga Meroket Akibat Inflasi
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Masyarakat Jepang mulai mengurangi pengeluaran secara drastis imbas harga barang dan jasa yang terus meroket di tengah hantaman inflasi negara itu. Sebuah studi yang dilakukan pada Oktober lalu oleh Sumitomo Life Insurance Co. memaparkan 87 persen lebih dari total 5.005 responden mengaku kenaikan harga telah mempengaruhi pengeluaran mereka hingga tingkat tertentu.
Akibatnya, hampir 73 persen responden mengatakan mereka secara aktif berupaya memangkas pengeluaran rutin. Menurut survei, kenaikan harga yang paling terasa antara lain biaya makanan, tagihan listrik, serta biaya bahan bakar kendaraan.
Sebanyak 42,6 persen orang mengatakan telah menghabiskan lebih sedikit biaya untuk makanan dan lebih dari 36 persen orang mengaku telah mengurangi biaya untuk jalan-jalan dan rekreasi.
Bila dilihat dari gender, lebih dari 21 persen pria mengaku telah mengurangi biaya untuk jalan-jalan, sementara 28 persen wanita mengaku telah mengurangi biaya untuk membeli produk kosmetik dan kecantikan. Sepertiga wanita juga mengaku telah berusaha mengurangi biaya untuk membeli pakaian.
Lebih dari itu, keluarga yang memiliki anak juga turut merasakan dampak inflasi yang mencekik. Sekitar 16 persen responden mengatakan mereka harus menghentikan les anak-anaknya dan 22 persen responden telah mengurangi frekuensi pelajaran tambahan bagi anak mereka.
"Semuanya sudah cukup sulit dan sepertinya setiap kali saya pergi ke supermarket, biaya beberapa barang naik lagi," kata Yae Oono, warga yang tinggal di Kawasaki dan bekerja paruh waktu untuk menopang kehidupan keluarga.
"Saya sangat memperhatikan bahwa buah impor, seperti pisang atau nanas jadi semakin lebih mahal," ujarnya lagi, seperti dikutip The South China Morning Post.
Andy Lunt, seorang pemilik izakaya populer Shin-Hinomoto juga tak luput dari dampak inflasi. Lunt mengaku merasakan penurunan pelanggan dari wilayah domestik.
"Pelanggan lokal Jepang saya turun 50 persen, saya kira," ujarnya.
"Semuanya menjadi sangat mahal dalam waktu singkat," ucapnya lagi.
"Kami harus menaikkan harga hingga 7 persen secara umum. Orang-orang tahu kami tidak punya pilihan jika kami ingin bertahan, tetapi saya tidak suka harus melakukan itu kepada pelanggan setia."
Lonjakan harga ini sesuai dengan data pemerintah Jepang yang dirilis baru-baru ini. Pada Jumat, pihak berwenang melaporkan bahwa harga bahan pokok Jepang meningkat 3,6 persen pada Oktober dibandingkan satu tahun sebelumnya.
Bank Jepang (BOJ) menyebut inflasi negara itu naik selama 14 bulan berturut-turut dan angka pada Oktober telah melampaui kenaikan 3 persen di bulan sebelumnya.
Menurut perusahaan analisis Teikoku Databank Ltd, harga sekitar 6.700 barang sehari-hari naik di bulan Oktober. Sementara harga makanan naik rata-rata 5,9 persen, disusul listrik 20,9 persen, dan gas 26,8 persen.
Mengenai inflasi ini, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda menjanjikan bank tetap berkomitmen pada kebijakan suku bunga terendah demi mendukung ekonomi negara dan mendorong kenaikan upah.
Dia meyakini angka inflasi belakangan ini diperburuk oleh peningkatan harga energi dan yen yang melemah. Meski begitu ia percaya inflasi tak akan berlangsung lama.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net