search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Menteri Keuangan AS Blak-Blakan Soal Dedolarisasi, Ungkap Biang Keroknya
Senin, 17 April 2023, 12:54 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Menteri Keuangan AS Blak-Blakan Soal Dedolarisasi, Ungkap Biang Keroknya

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Sanksi ekonomi yang dijatuhkan pada Rusia dan negara-negara lain oleh Amerika Serikat (AS) menempatkan dominasi dolar dalam bahaya karena negara-negara yang ditargetkan mencari alternatif. Hal tersebut diungkapkan sendiri oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

"Ada risiko ketika kita menggunakan sanksi finansial yang dikaitkan dengan peran dolar yang seiring waktu dapat merusak hegemoni dolar," kata Yellen kepada CNN International, Minggu (16/4/2023).

Menurutnya, hal itu menimbulkan keinginan di pihak China, Rusia, hingga Iran untuk mencari mata uang alternatif. Dengan demikian, ancaman dedolarisasi benar-benar nyata.

"Tetapi dolar digunakan sebagai mata uang global dengan alasan yang tidak mudah bagi negara lain untuk menemukan alternatif dengan sifat yang sama," tuturnya.

Menurutnya, pasar modal AS yang kuat dan supremasi hukum sangat penting dalam mata uang yang akan digunakan secara global untuk transaksi.

"Dan kami belum melihat negara lain yang memiliki dasar...infrastruktur institusional yang memungkinkan mata uangnya untuk melayani dunia seperti ini."

Yellen mencatat bahwa sanksi adalah "alat yang sangat penting", terlebih lagi bila digunakan oleh Amerika Serikat dan sekutunya sebagai "koalisi mitra yang bertindak bersama untuk menjatuhkan sanksi ini."

Ditanya tentang kemungkinan menggunakan aset Rusia yang dibekukan untuk membangun kembali Ukraina yang dilanda perang setelah invasi Moskow, Yellen mengatakan bahwa "Rusia harus membayar kerusakan yang ditimbulkannya."

Namun dia mencatat ada "kendala hukum tentang apa yang dapat kami lakukan dengan aset Rusia yang dibekukan, dan kami sedang mendiskusikan dengan mitra kami apa yang mungkin terjadi di masa depan," ujarnya.(sumber: cnbcindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami