Suasana Bali di Awal Penjajahan Jepang
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Begitu tahu Belanda kalah, banyak penduduk Bali yang mengungsi ke pedalaman. Mereka ketakutan, karena sebelumnya Belanda menyebut tentara Jepang akan merampas hak penduduk, berbuat kejam, dan memperkosa para wanita.
Akibatnya, satu dua hari sejak kedatangan tentara Jepang, suasana Bali mencekam. Belakangan tentara Jepang menyebarkan propaganda tandingan. Mereka memberitahu warga Bali kalau orang Jepang baik-baik, dan tujuan mereka ke Bali untuk mengusir penjajah Belanda. Ketegangan menjadi sedikit mereda.
Sedikit demi sedikit penduduk mulai pulang ke rumahnya. Namun rasa takut kepada orang Jepang masih terasa. Jika ada pesawat tempur terbang rendah, penduduk spontan berlarian masuk lubang perlindungan atau bungker. Bungker-bungker ada di pasar dan sekolah, semua dibangun atas perintah Belanda.
Dalam Buku Biografi Drs. I Nyoman Sirna MPH, "Sang Guru, Sebuah Memoar Tentang Perjuangan dan Pengabdian", yang ditulis Indrawati Muninjaya, Nyoman Sirna menuturkan, sesuai petunjuk Belanda, di dalam lubang bungker, warga harus menutup telinga dengan kapas dan menggigit potongan karet yang terbuat dari ban bekas untuk melindungi gigi.
Pada 8 Maret 1942, Belanda resmi menyerah kepada Jepang di Kalijati, Subang. Sejak itu pemerintah kolonial Jepang berkuasa di Indonesia termasuk Bali. Mereka langsung mengumumkan berbagai kebijakan baru. Sebagian besar terkait mobilisasi logistik untuk mendukung operasi militer Jepang di Asia.
Editor: Juniar
Reporter: bbn/tim