search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Hingar Bingar Forum Air Sedunia, Warga Pecatu Mengeluh Air PDAM Kecrat Kecrit
Jumat, 24 Mei 2024, 09:02 WITA Follow
image

beritabali/ist/Hingar Bingar Forum Air Sedunia, Warga Pecatu Mengeluh Air PDAM Kecrat Kecrit.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Sebanyak 78 Kepala Keluarga (KK) dari 30 rumah di wilayah Banjar Tambyak, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung hingga saat ini masih sulit mendapatkan layanan air bersih.

Sehingga, warga setempat sulit menutupi kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari. Menghadapi kondisi ini, warga lebih memilih membeli air tangki jika sewaktu-waktu suplai air PDAM macet.

Selain membeli air tangki, warga memanfatkan bak-bak penampungan untuk air hujan dan difungsikan menampung air PDAM dengan cara mengumpulkan secara bertahap dalam kondisi debet air kecil.

Maka, tidak mengherankan jika warga di Kuta Selatan, bahkan hampir seluruh warga di Pecatu punya bak penampungan air.

"Kalau air PDAM macet, biasanya warga beli air tangki satu hari dikirim (butuh) rata-rata 2 hingga 3 tangki. Harganya Rp300 ribu per tangki kapasitas 5.000 liter. Ya mencukupi untuk satu minggu," jelas, Warga Banjar Tambyak, Desa Pecatu, Made Kardiana, Kamis (23/5/2024) di tempat kediamannya.

Selain membeli air tangki Rp 300 ribu per mobil tangki, warga memanfaatkan air hujan yang cukup dengan bak penampungan dengan ukuran bervariasi di antaranya 2x3 meter dan paling kecil 1,5 x 2 meter dengan kedalaman 2 meter bahkan lebih. 

Kardiana telah membuat bak air super jumbo berukuran 7 x 9 meter dengan kedalaman 10 meter sejak 2009 lalu. Menurutnya, warga telah punya bak besar sejak puluhan tahun lalu karena masalah air sudah menjadi problem klasik.

"Sempat ada warga lain ingin bikin sumur bor. Dalamnya kemungkinan 225-250 meter itu supaya bisa (keluar air), tapi kan biayanya tinggi. Memang harus punya bak air. Rata-rata tiap rumah di sini," bebernya.

Kardiana mengatakan, layanan air milik perusahaan daerah Badung kadang seret kadang lancar. Kalaupun normal, debit airnya kecil. Kondisi ini telah beberapa kali disampaikan ke kantor desa.

"Saya belum tahu penyebabnya dan kami hanya bertanya saja. Sudah ditanyakan, alasannya mesin pompa belum kuat. Perlu dipastikan lagi ke bapak-bapak berwenang," cetusnya.

Warga lainnya, Nyoman Suamba asal Banjar Bakung Sari, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan yang tinggal di Pecatu menunggu air hingga larut malam kerana, air PDAM hidup dini hari sehingga, harus ditunggui agar air tertampung di bak penampungan.

"Kalau PDAM hidup, lancar, harus stok air. Orang Bali bilang megadangin (begadang) sempat hingga jam 1 dini hari. Ya, malam mati, kadang hidup sedikit. Ya pakai bak penampungan. Syukurnya saya cuma tinggal berdua sama istri. Air hasil tampungan cukuplah digunakan untuk 4 harian," bebernya.

Dirinya merasa keberatan dengan kondisi layanan air bersih di daerahnya. Hal ini dikarenakan, kewajiban bayar air bulanan, tetap dilakukan meskipun jarang merasakan manfaatnya.

"Ini jelas merugikan karena saya bayar bulanan tapi air tidak ada (keluar). Saya bayar tetap juga bulanan. Saya rasakan dua Minggu ini seret. Sebelumnya hidup tapi (debit) kecil," ucapnya.

Dirinya sangat berharap, kondisi seretnya air bersih ini dapat tertangani dengan cepat oleh Perumdam Tirta Mangutama.

Editor: Robby

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami