search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sekitar Sejuta Warga Mengungsi Imbas Serangan Israel ke Lebanon
Senin, 30 September 2024, 11:57 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Sekitar Sejuta Warga Mengungsi Imbas Serangan Israel ke Lebanon

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan sekitar satu juta orang di negara itu telah mengungsi akibat serangan Israel secara bertubi-tubi sejak pekan lalu.

Saat ini, kata Najib, adalah gelombang pengungsian terbesar dalam sejarah negara tersebut. Mengutip dari Aljazeera, dalam rententan serangan udara Israel pada Jumat (27/9) lalu, setidaknya ada 33 orang tewas dan 195 terluka dalam kurun waktu 24 jam.

Salah satu korban tewas adalah pemimpin milisi Hizbullah, Hasan Nasrullah di Beirut selatan. Mikati mengatakan negaranya sedang menghadapi ancaman bahaya yang begitu besar.

Mikati menuturkan bahwa prioritas Lebanon adalah menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung melalui upaya diplomasi berkelanjutan.

"Kami tidak punya pilihan lain, kecuali opsi diplomasi," ucap Mikati, dalam konferensi pers setelah pertemuan komite darurat pemerintah di Beirut, Minggu (29/9).

Israel baru-baru ini meningkatkan serangannya di Lebanon, menewaskan sejumlah komandan senior Hizbullah, termasuk pemimpinnya Hassan Nasrallah, dalam serangan udara pada Jumat lalu. Pemboman intensif di berbagai lokasi di Lebanon berlanjut pada Sabtu.

Komisaris Tinggi Badan Pengungsi untuk PBB (UNHCR) Filippo Grandi di aku media sosial X-nya mengatakan para pengungsi dari Lebanon itu menberang ke Suriah untuk menghindari sernagan udara Israel.

Salah satu pengungsi yakni Fatima Chahine. Mirisnya, Fatima dan keluarga adalah pengungsi dari Suriah pada 2011 silam. Kini mereka hidup dalam ketakutan lagi sebagai pengungsi di kawasan tenda Ramlet al-Bayda di Beirut.

"Kami cuma ingin sebuah tempat di mana anak-anak tak akan takut. Kami mengungsi dari perang Suriah pada 2011 karena anak, dan kami datang ke sini. Dan, sekarang sama saja terjadi lagi," ujar Fatima Chahine.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam pertempuran lintas batas sejak dimulainya serangan Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.600 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.

Di markas PBB pada Jumat lalu, Dujarric menyampaikan 'kekhawatiran mendalam' atas perkembangan situasi di Beirut karena gempuran udara dari Israel. Juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan dalam konferensi pers.

Pernyataan itu disampaikan setelah tentara Israel pada Jumat malam melancarkan serangan udara besar-besaran dan belum pernah terjadi sebelumnya di daerah pinggiran selatan Beirut, dengan klaim menyerang markas besar kelompok Hizbullah di Lebanon.

Dia menyampaikan kekhawatiran mendalam PBB terhadap 'eskalasi permusuhan yang meningkat drastis di garis demarkasi Blue Line dengan adanya serangan di Lebanon'. Selain it, Dujarric.

Dujarric menegaskan kembali dukungan PBB untuk upaya diplomatik untuk mengakhiri kekerasan, memulihkan kembali stabilitas dan mencegah krisis kemanusiaan lebih lanjut di kawasan.

Dia juga mengingatkan kembali resolusi DK PBB 1701 yang menyerukan deeskalasi segera, penghentian permusuhan di Lebanon.

Resolusi yang diadopsi pada 11 Agustus 2006, menyerukan penghentian total permusuhan antara Lebanon dan Israel dan menetapkan zona bebas dari personel bersenjata dan senjata, kecuali tentara Lebanon dan pasukan UNIFIL, antara Blue Line (perbatasan antara Lebanon dan Israel) dan Sungai Litani di Lebanon selatan. (sumber: cnnindonesia.com)


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami