Dua Kali Bolak-Balik Rumah Sakit Hanya Bermodalkan JKN
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BANGLI.
Ni Ketut Rapig (60) adalah seorang ibu rumah tangga asal Br. Sembung, Bangli, Bali yang baru saja menjalani rawat inap di salah satu rumah sakit di Kabupaten Bangli. Bahkan ia harus bolak-balik rumah sakit tersebut akibat demam berdarah dan hepatitis yang ia derita. Pada usianya yang sudah menginjak kepala enam, Rapig harus berjuang untuk sembuh kembali.
Beruntung ia telah terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga ia dapat berobat dengan baik dan lancar. Rapig dan keluarganya terdaftar sebagai peserta JKN segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Bangli dengan kelas perawatan di kelas 3.
“Ibu sangat mengandalkan JKN untuk pengobatannya, sebab keluarga kami akan tidak mampu jika harus membayar pengobatan dengan biaya sendiri. Apalagi ibu harus menjalani dua kali rawat inap. Dengan JKN, ibu saya dapat menjalani pengobatan dengan mudah dan fokus untuk kesembuhannya,” ungkap Putu Setiawan (40) yang merupakan anak dari Rapig, Jumat (13/09).
Menurut penuturan Setiawan, awalnya Rapig mengalami demam yang tidak kunjung turun. Padahal saat itu keluarga Rapig sudah mengajaknya berobat ke Puskesmas tempat ia terdaftar. Saat itu Rapig diberikan obat penurun panas dan disarankan dokter apabila dalam waktu tiga hari panasnya tidak turun, maka sebaiknya ia menjalani pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit.
Benar saja, demam Rapig tak kunjung membaik. Akhirnya Rapig kemudian dirujuk oleh Puskemas pada hari ketiga untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit. Setiawan yang mendampingi ibunya saat itu menyatakan bahwa begitu sampai di rumah sakit, ibunya tidak menunggu lama untuk mendapatkan pemeriksaan. Setelah menunjukkan kartu JKN, ibunya langsung menjalani pemeriksaan laboratorium.
“Hasil lab menunjukkan trombosit ibu saya rendah dan positif terkena demam berdarah. Ibu saya kemudian menjalani rawat inap selama lima hari untuk mendapatkan pengobatan. Kata dokter, pada usianya yang sudah renta tentu sangat berisiko jika tidak mendapatkan perawatan yang intensif. Ibu harus diberi obat dan infus untuk menjaga kondisinya tetap stabil. Syukurlah pengobatan tersebut berhasil dan di hari kelima ibu saya diperbolehkan pulang,” ungkap Setiawan.
Sepulang dari rumah sakit, kondisi Rapig memang sudah membaik, hanya saja masih tampak lemas. Selang beberapa minggu, perut Rapig tampak mulai membesar. Hal ini mengundang kecurigaan anaknya, bahkan Rapig kembali mengalami demam seperti sebelumnya. Setiawan kemudian kembali mengajak ibunya berobat ke rumah sakit karena takut kondisi ibunya semakin buruk.
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, kemudian dokter memberikan keterangan mengejutkan jika Rapig menderita hepatitis dan harus kembali menjalani rawat inap. Pada perawatan kedua tersebut, baik Rapig maupun Setiawan merasakan layanan yang sama baiknya dengan layanan sebelumnya. Dengan mengandalkan JKN, Rapig menjalani rawat inap selama lima hari sama seperti sebelumnya.
Hanya saja kali ini ia mendapatkan pengobatan untuk mengatasi hepatitisnya alias penyakit kuning yang juga termasuk berbahaya. Kembali lagi ia mampu melewati ujian penyakitnya hingga akhirnya sembuh seperti sediakala.
“Kami bersyukur sekali karena pengobatan ibu berhasil. Mudah-mudahan ibu saya bisa cepat kembali berkumpul dengan kami di rumah. Kami tidak bisa membayangkan jika tidak JKN, pastilah kami tidak akan bisa menjalani pengobatan seperti saat ini. Harapan kami, semoga Program JKN dapat berkelanjutan dan memberikan manfaat seperti saat ini kepada masyarakat seperti kami,” ucap Setiawan.
Editor: Redaksi
Reporter: BPJS Klungkung