search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Subak Jaka Desa Kukuh Tabanan Panen Padi Organik Seluas 2,5 Hektar
Selasa, 22 Oktober 2024, 10:19 WITA Follow
image

beritabali/ist/Subak Jaka Desa Kukuh Tabanan Panen Padi Organik Seluas 2,5 Hektar.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Subak Jaka di Desa Kukuh, Kecamatan Marga pada Senin, (21/10) melakukan panen padi organik di lahan seluas 2,5 hektare dilaksanakan oleh Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Bali bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Bali.

Tampak pada panen perdana ini Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Wayan Sunada. Saat panen padi ini, turut mendampingi Kadis Pertanian Tabanan Made Subagia Kepala Brida Provinsi Bali, Kepala Brida Kabupaten Tabanan, BPSIP Bali, dan praktisi pertanian organik. 

Usai panen secara simbolis dilanjutkan dengan temu lapang dan penandatanganan kesepakatan jual beli hasil panen dari Pekaseh Subak Jaka, Ir I Wayan Yusa dengan pimpinan Somya Pertiwi I Nengah Suarsana. 

Dalam kesepakatan itu, Somya Pertiwi membeli gabah Rp 8.500 per-kilogram. Kegiatan pengembangan pertanian organik melalui inovasi teknologi dan dampak penerapan pertanian organik terhadap produksi tanaman padi dan pendapatan petani di Subak Jaka dengan menanam varietas padi beras merah inpari Arumba dan Baroma. 

“Hasilnya nasi merah beraroma wangi,” kata Jro Mangku Yusa sapaan akrab Wayan Yusa. 

Jro Mangku Yusa mengatakan, baru pertama kali menanam varietas padi beras merah inpari Arumba. Panen di lahan seluas 2,5 hektare juga belum selesai sehingga belum bisa menyampaikan rata-rata hasil panen per hektare. 

Ia menegaskan, pertanian organik di Subak Jaka Kukuh sudah mendapatkan sertifikat organik dari Lesos sejak tahun 2019. Hasil panen padi organik varietas Inpari 32 rata-rata 6 ton per hektare. Untuk pemasaran, Jro Mangku Yusa menjalin kerja sama dengan Perpadi dan pengusaha lainnya, salah satunya pemerhati pertanian organik dari India dan Jerman. Kerja sama seluas 2 hektare dengan perjanjian gabah kering panen dibeli Rp 8.500 per-kilogram. 

“Kemarin sudah dibayar secara transfer Rp 80,9 juta. Dari luas 2 hektare menghasilkan gabah 9,5 ton. Varietas padi yang kami tanam, bibitnya dari India,” terang Jro Mangku Yusa.

Terkait program bersama BSIP Bali dan Brida Provinsi Bali, Subak Jaka mendapatkan bibit, pupuk, dan pendampingan. Hasil panen dibeli oleh Somya Pertiwi dengan harga Rp 8.500 per kilogram gabah kering panen.

“Dengan harga lebih tinggi dari padi konvensional, semoga petani konsisten menerapkan pertanian organik,” ujarnya. 

Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Dr Wayan Sunada, siap menjembatani petani agar konsisten menerapkan pertanian organik. Dia mendorong kelompok tani mengajukan proposal untuk mendapatkan alat mesin pertanian (alsintan).

“Proposal paling lambat diajukan pada bulan Maret,” ujar Sunada. 

Sunada mengapresiasi petani Subak Jaka yang menerapkan pertanian organik. Pejabat asal Banjar Lodalang, Desa Kukuh, Marga ini mengatakan, pendampingan kepada petani tak hanya dilakukan saat penanaman saja. Para petani juga diajarkan membuat pupuk cair maupun padat memanfaatkan bahan di lingkungan sekitar. 

“Kami edukasi petani membuat pupuk nabati dan hayati,” ungkap Sunada. 

Editor: Robby

Reporter: bbn/tab



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami