search
light_mode dark_mode
Energi Fosil Masih Dominan, LNG Dinilai Bukan Solusi Bali Mandiri Energi

Jumat, 1 Agustus 2025, 12:12 WITA Follow
image

beritabali/ist/Energi Fosil Masih Dominan, LNG Dinilai Bukan Solusi Bali Mandiri Energi.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Rencana penggunaan LNG (Liquefied Natural Gas) untuk mengantisipasi pertumbuhan energi listrik yang meningkat tiap tahun, dinilai tidak sejalan dengan prinsip Bali Mandiri Energi.

Meski diklaim menghasilkan energi bersih, namun faktanya sumber dari gas alam tersebut yang masih menggunakan bahan dari fosil yang tergolong 'kotor' itu diimpor dari kilang di Papua.

Field Organizer Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGO 350 Indonesia Suriadi Darmoko mengkritik hal tersebut. Dikatakannya, dengan mengimpor LNG tidak ada bedanya dengan mengimpor batubara dan minyak. Bahkan, juga tidak ada bedanya menggunakan listrik dari PLTU Paiton.

"Sama-sama bergantung dari tempat lain. Kemandirian energi Bali khususnya di sektor ketenagalistrikan hanya bisa diwujudkan dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia di Bali. Bali mandiri energi dengan mengimpor LNG ini adalah ilusi kemandirian," tandasnya, Kamis (31/7/2025) saat pelatihan Media Series II yang diadakan lembaga Institute for Essential Services Reform (IESR) di Denpasar.

Krisis Iklim karena Fosil

Lebih lanjut dijelaskan, 75 persen sumber emisi global saat ini bersumber dari sektor energi yang menggunakan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan gas fosil yang menyebabkan krisis iklim saat ini. Bali adalah salah satu dari sekian banyak wilayah yang terdampak krisis iklim.

"Dampak nyata baru-baru ini yang bisa kita lihat adalah akibat hujan ekstrem di musim kemarau, jalan nasional jebol di Bajera, Tabanan, atau contoh lain banjir di Bali yang makin intens, dan gelombang tinggi yang menyebabkan banjir rob di berbagai titik di Bali," ucapnya.

Maka itu, Darmoko menegaskan Bali harus menghentikan ketergantungannya terhadap energi fosil jika terdampak krisis iklim akibat penggunaan energi fosil.

"Pergub 45 tahun 2019 tentang Bali energi bersih menyebut gas sebagai energi bersih. Ini tidak sesuai fakta. gas fosil itu kotor," sebutnya.

Jika mengupayakan Bali mandiri energi, kata dia, Pemprov dalam hal ini Gubernur Bali harus mengesampingkan penggunaan energi fosil apapun bentuknya. Sebaliknya, wajib mengutamakan pengemanfaatan energi terbarukan baik tenaga surya, angin dan air yang potensinya sangat besar di Bali.

Hal ini juga dilakukan dengan melibatkan komunitas, baik desa adat melalui BUPDA maupun desa dinas melalui BUMDES sebagai pengembangannya.

"Selain menjadi jalan utama mewujudkan kemandirian energi di Bali, ini menjadi bagian dari aksi iklim," tukasnya.

Proyek Terminal LNG Sidakarya

Proyek ini bagian dari program Bali Mandiri Energi Bersih, bertujuan menjadikan Bali mandiri energi berbasis gas alam dan mengurangi ketergantungan pada batu bara serta solar.

Dirancang terintegrasi dengan PLTG Pesanggaran dan pembangkit baru di batas Denpasar–Gianyar, pembangunan proyek Terminal LNG di Sidakarya memiliki total kapasitas listrik yang ditargetkan mencapai 1.550MW pada 2029.

Terminal akan dibangun sekitar 500m dari Pantai Sidakarya, sekitar 4,5km dari PLTG Tanjung Benoa, dengan kapal pengangkut berkapasitas 145.000m³ (setara 890.000 MWh / pasokan 42 hari).

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami