Kulit Salak Jadi Teh Antidiabetes, Ibu PKK Batuan Dilatih Olah Limbah Jadi Cuan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, GIANYAR.
Kulit buah salak yang selama ini dianggap limbah, kini memiliki nilai baru berkat inovasi dari tim akademisi Fakultas Pertanian, Sains, dan Teknologi (FPST) Universitas Warmadewa (Unwar).
Melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang digelar di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Minggu (3/8/2025), kulit salak diperkenalkan sebagai bahan baku pembuatan teh herbal yang berpotensi menurunkan kadar gula darah dan mencegah diabetes.
Ketua Tim PKM, Dr. I Nengah Muliarta, menjelaskan bahwa limbah kulit salak (Salacca zalacca) mengandung senyawa bioaktif yang memiliki manfaat kesehatan.
“Kulit salak sering dianggap sampah, padahal berpotensi besar sebagai bahan alami untuk pengendalian kadar gula darah,” ujarnya.
Muliarta menambahkan, pendekatan ekonomi sirkular dan kesadaran terhadap keberlanjutan menjadi dasar inovasi ini. Dengan pengolahan sederhana, kulit salak dapat dijadikan teh herbal yang tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga berkhasiat sebagai antidiabetik alami.
Produk ini dinilai relevan dalam upaya menekan angka diabetes tipe 2 yang terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.
“Melalui pemanfaatan limbah organik seperti kulit salak, kami ingin mendorong masyarakat untuk berpikir lebih kreatif dalam mengelola sampah rumah tangga,” kata Muliarta.
Ketua PKK Desa Batuan, Kadek Dewi Sunastrini, Amd.Keb., menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, pelatihan pengolahan kulit salak menjadi teh herbal sangat bermanfaat dan dapat langsung diaplikasikan oleh ibu-ibu PKK.
“Buah salak sering digunakan dalam upacara adat, tapi kulitnya biasanya terbuang. Kini kita tahu bahwa kulit itu bisa jadi sesuatu yang bermanfaat,” ujarnya.
Sunastrini berharap keterampilan yang diperoleh dari pelatihan ini bisa ditularkan ke anggota PKK lainnya, sehingga potensi lokal dapat dioptimalkan dan menjadi peluang usaha baru berbasis lingkungan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi salak di Bali pada tahun 2024 mencapai 27.276 ton. Kabupaten Karangasem menjadi penyumbang terbesar dengan 24.972 ton, disusul Badung 846 ton, dan Gianyar 734 ton. Sekitar 20–30 persen dari berat buah salak merupakan kulit yang berpotensi menjadi limbah jika tidak dimanfaatkan.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/gnr