search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
11 Negara Desak AS dan Australia Kurangi CO2
Jumat, 16 November 2007, 17:18 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Sebanyak sebelas negara pemilik hutan tropis, yang dipimpin Menteri Rachmat Witoelar akan mendesak Amerika Serikat (AS) dan Australia untuk mengurangi produksi karbondioksida (CO2). Kedua negara ini dinilai terkenal memproduksi gas CO2 dalam jumlah besar.

 


"Kesepakatan sebelas negara penghasil hutan tropis yang dipimpin Menteri Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar akan mendesak agar AS dan Australia punya komitmen terhadap reduksi gas yang dihasilkan emisi gas CO2," kata Sekretaris Umum Panitia Daerah KTT UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change), Sudirman, di Denpasar, Jumat (16/11).


Namun, Sudirman tak merinci sepuluh negara lainnya karena tidak hapal. Menurut Sudirman, pohon-pohon hutan tropis di sebelas negara ini sangat potensial menyerap gas CO2 yang terbuang ke lingkungan. Hutan tropis, kata Sudirman, bukanlah WC (kakus). Itu artinya, ada manfaatnya karena pohon-pohon hutan bisa mengabsorpsi CO2.



"Materi itulah yang akan dibahas delegasi Indonesia bersama sepuluh negara lainnya dalam rangka memperjuangkan fungsi hutan kita. Ini perjuangan," tandas Sudirman yang sehari-harinya menjabat sebagai Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Bali dan Nusa Tenggara ini.

Sementara itu, Kevin Grose, Coordinator, Information Service UNFCCC, dalam pemaparannya mengatakan, dewasa ini lapisan CO2 di atmosfer semakin menebal dan sulit keluar dari bumi, sehingga bumi semakin panas.



"Bila suhu naik 2 sampai 4 derajat pada 2010, maka dampaknya bisa luar biasa, akan bisa mengganggu produksi pangan," ujar Kevin. Sementara itu, es di kutub akan mencair dan menyebabkan permukaan air laut naik, bahkan bisa menenggelamkan sejumlah daratan di di kawasan Bangladesh dan Maladewa.

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami