search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Lestarikan Nilai Uang Kepeng Lewat Kreasi Seni
Selasa, 27 November 2007, 17:50 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Uang kepeng, bagi masyarakat Bali memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan, baik itu jiwa, budaya, agama, sosial, politik dan ekonomi.

 

Sekarang ini, nilai uang kepeng hanya berhubungan dengan pengggunaan kebudayaan dalam seni dan agama, sedangkan untuk aspek sosial sebagai alat tukar, sudah tak berfungsi lagi.


Waktu lampau, penggunaan uang kepeng sebagai alat pembayaran di Bali sudah memainkan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, pemerintahan, dan perekonomian. Demikian disampaikan Oleh kepala Dinas Perindustrian Kota Denpasar saat Drs Dewa Darendra di sela sela pemberian pelatihan kepada para pengerajin uang kepeng Selasa,( 27/11)



Pelatihan yang berlangsung selama 10 hari, dengan program membuat Salang, Lamak, kombinasi uang kepeng dengan gerabah, patung penari maupun bentuk lain yang berhubungan dengan akar budaya dan adat masyarakat bali secara umum, diikuti 15 orang dari 2 Kecamatan Denpasar Utara dan Timur bertempat di Bali Uber sari Denpasar timur.

Kasubdin Industri, Kt Gde Oka dalam kesempatan tersebut menyatakan, Penggunaan uang kepeng pertama diyakini sebagai alat pembayaran pada tahun 900 masehi. Keberadaan uang logam Cina dinasti Tang (618-907) masehi dan produksi Gong/Gamelan kuningan dan peredaran uang logam Vietnan, yang dibawa oleh kebudyaan Dong Son Vietnam ke Bali diperkirakan mulai abad ke 4 masehi. Hal tersebut menyiratkan bahwa pengenalan tentang mata uang kepeng jauh lebih awal.

Ditegaskan, uang logam Cina merupakan alat pembayaran di sebagian besar Asia Timur, paling tidak 1.000 tahun yang lalu. Akan tetapi, uang kepeng yang ada di Bali, tidak pernah diproduksi di Bali sebagai alat pembayaran yang sah. Hanya saja, ketika tuntutan permintaan berdasarkan budaya bertambah, maka uang logam itu diproduksi di dalam negeri.

Dengan adanya latihan semacam ini, Gde oka mengharapkan para pengerajin bisa memberikan inovasi baru, dan tidak terpaku pada bentuk tradisi saja, akan tetapi, bisa mengemasnya dalam bentuk lain yang dikombinasikan sesuai dengan pangsa pasar.



Salah seorang pengerajin uang kepeng dan sekaligus sebagai instruktur dalam latihan tersebut, Ketut Wanjaya menyatakan,
Pengerajin uang kepeng utamanya yang ada di Denpasar memiliki prospek yang cukup menjanjikan, mengingat permintaan terus mengalami peningkatan, terutama dalam memenuhi pangsa pasar lokal. Sedangkan, kendala yang dihadapi adalah di faktor SDM, yakni para pengerajin di dalam melihat prospek yang terjadi, berikut menyikapi akan kepentingan konsumen.

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami