search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Warga Keluhkan Bau Busuk, TPI Amed Mubazir
Rabu, 5 Maret 2008, 16:56 WITA Follow
image

image.google.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Tempat Pengalengan Ikan (TPI) di Banjar Amed, Desa Purwakerti, Abang, Karangasem, yang dibangun sejak jamannya Bustanil Aripin menjadi Menteri Koperasi, kini keberadaannya semakin tak terurus. Kendati sudah beberapa kali mendapat renovasi dari Pemkab Karangasem, bau busuk yang datang dari TPI tetap menyengat

 Warga mengeluh dan meminta agar pemerintah serius memperhatikan keberadaan TPI. Pasalnya bau busuk itu menyebabkan banyak warga yang sakit. I Kadek Sudarma Hariawan, salah seorang tokoh masyarakat Amed, mengatakan, tujuan awal dibangunnya TPI tersebut untuk menampung ikan-ikan hasil tangkapan para nelayan di Amed dan sekitarnya.

Bahkan saat dibangun, pemerintah telah membuat konsep yang lumayan bagus. Agar TPI terus dikunjungi, pemerintah juga berencana untuk membuat terminal, depo minyak untuk mesin tempel dan penyediaan perlengkapan alat-alat nelayan. Tapi itu dulu, kenyataannya, kecuali TPI, perencanaan yang dibuat pemerintah satu pun tidak ada yang jalan.

”Dulu, sebelum ada jalan lingkar Seraya, perdagangan ikan di TPI sangat marak, tapi sekarang, selain sepi dan mubazir, TPI kini berubah menjadi sarang hantu,” katanya. Menurut Sudarma, jalan lingkar menuju Seraya yang dibangun pemerintah menjadi penyebab keengganan para nelayan membawa hasil tangkapannya ke TPI.

Itu terbukti, setelah jalan tersebut dibuka, nelayan memilih memberikan hasil tangkapannya kepada para tengkulak yang mau jemput bola. Ulah tengkulak itu pula yang menjadi penyebab TPI Amed tidak berfungsi maksimal. ”Semestinya pemerintah saat membangun TPI ini dilengkapi dengan kajian holistis dan mempertimbangkan dampak lingkungan yang ada. Tapi, kalau sudah begini keberadaannya yang rugi kan masyarakat,” tandasnya.

Dikatakan, akibat perencanaan yang kurang matang menyebabkan keberadaan TPI Amed menjadi mubazir. Mengantisipasi hal itu, atas nama warga setempat, Sudarma meminta agar Pemerintah dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan bisa berkolaborasi dengan Dinas Koperasi untuk menata para tengkulak.

 

Bukan hanya itu, kedua Instansi ini juga berperan mengarahkan para tengkulak untuk membawa ikan ke TPI. Menurut Sudarma, apa yang terjadi di TPI Amed saat ini karena pengelolaan yang dilakukan sangat amburadul. Lucunya lagi, retribusi tetap dikenakan kepada para nelayan dan tengkulak kendati tidak ada yang menurunkan ikan ke TPI.

”Jangan salahkan tengkulak tidak bawa ikan ke TPI, tapi salahkanlah pengelola yang kurang tanggap terhadap kondisi yang ada,” tandasnya. Sementara itu, Kadis Perikanan dan Kelautan, Manta Eka Yuda, masih belum bisa dikonfirmasi. Dicoba dihubungi lewat handphone selularnya yang ada hanya mailbox.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami