search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Aktivis Lingkungan Kampanye
Senin, 17 Maret 2008, 19:57 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beberapa aktivis lingkungan dan pelajar yang tergabung dalam kolaborasi Non Government Organization (NGO) untuk perubahan iklim, hari ini mengkampanyekan World Silent Day, atau hari hening sedunia. Kampanye ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak pemanasan global dunia.

 

Kampanye World Silent Day ini dilakukan di perempatan Patung Catur Muka Denpasar. Dalam kampanye ini, para aktivis lingkungan dan sejumlah pelajar SMA membagikan selebaran kepada pengguna jalan yang berisi ajakan untuk melakukan World Silent Day, atau hari hening se dunia. “Isi dari ajakan ini agar seluruh masyarakat dunia pada 21 Maret mendatang mau mematikan peralatan yang menggunakan listrik selama 4 jam, mulai pukul 10 pagi hingga 2 siang. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mengurangi pemanasan global di dunia saat ini, selain mengurangi penggunaan kendaraan bermotor,” jelas Hira Jhamtani, perwakilan Kolaborasi NGO.


Tanggal 21 Maret dipilih sebagai hari World Silent Day karena hari itu juga merupakan Hari Air sedunia sekaligus hari pertama musim semi di negara-negara utara. “Pelaksanaan World Silent Day ini tidak perlu Surat Keputusan (SK) atau Peratutan Pemerintah (PP), karena ini merupakan gerakan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat. SK atau PP tanpa disertai kesadaran juga tidak akan bisa dilaksanakan. Jadi yang penting adalah kesadaran,” kata Hira.


World Silent Day ini, kata Hira, sudah disosialisasikan kepada Menteri Lingkungan Hidup Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia. “World Silent Day merupakan lanjutan dari kampanye serupa di KTT Perubahan Iklim di Nusa Dua Desember tahun lalu. Saat itu, kolaborasi NGO lingkungan di Bali aktif mengkampanyekan hari raya Nyepi sebagai salah satu upaya mengurangi dampak pemanasan global,” tambah Panji Tisna, perwakilan Kolaborasi NGO Bali lainnya. Sementara itu Direktur Walhi Bali, Agung Wardana, berharap pemerintah daerah Bali mau mendukung kampanye World Silent Day ini. “Karena kalau pemerintah yang melakukan kampanye ini akan lebih efektif karena mereka punya kuasa,” ujar Agung.

 

Menanggapi harapan tersebut, Kepala Bidang Hukum Bapedalda Bali Gede Suarjana, menyatakan pihaknya mengapresiasi kampanye tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena saat ini kondisi Bali pun sudah terkena dampak global warming dan peningkatan jumlah penduduk dunia. “Pada prinsipnya kami mendukung gerakan ini. Namun seharusnya dikampanyekan setidaknya setahun lalu karena kami perlu mempersiapkan diri sebelumnya,” imbuh Direktur Eksekutif Bali Hotel Association Djinaldi Gozana Menurut hitung-hitungan Kolaborasi NGO Bali untuk perubahan iklim, dalam sehari Nyepi, dunia bisa mengurangi pembuangan gas Karbondioksida (CO2) hingga 30.000 ton. Angka ini diperoleh dari banyaknya kendaraan bermotor, termasuk pesawat terbang, di Bali, dikalikan banyaknya bahan bakar minyak yang digunakan. (ags)

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami