search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ratusan Petani Ikut Ritual Ngaben Tikus
Rabu, 20 Oktober 2010, 06:44 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Ngaben atau upacara bakar jenazah di Bali selama ini dilakukan terhadap orang yang telah meninggal. Namun warga Desa Adat Bedha di Kabupaten Tabanan Bali memiliki tradisi unik, yakni ritual ngaben khusus untuk tikus.

Upacara ngaben khusus tikus yang digelar Selasa (19/10) ini dimulai dari areal Pura Puseh Desa Adat Bedha. Di areal pura ini, ribuan hama tikus yang mati 'diringkes' atau dibungkus dengan kain warna putih dan anyaman bambu.


Ribuan 'sawa' tikus yang telah dibungkus ini kemudian dinaikkan ke dalam 'bade' atau tempat jenazah bertingkat, yang biasa digunakan pada upacara ngaben pada umumnya. Semua 'sawa' atau tikus yang mati disusun rapi di dalam 'bade' tersebut.

Dengan diiringi gambelan dan kidung, 'bade' berisi ribuan tikus mati ini kemudian diarak ke Pantai Yeh Gangga, sekitar 5 kilometer dari Pura Puseh Desa Adat Bedha. Selain mengarak 'bade' bertingkat, ratusan warga yang berprofesi sebagai petani ini juga mengarak wadah untuk membakar tikus yang berbentuk macan.



Setelah berjalan kaki selama hampir satu jam, arak-arakan warga akhirnya tiba di lokasi ngaben tikus di Pantai Yeh Gangga Tabanan. Ribuan 'sawa' tikus kemudian dipindah ke wadah berbentuk macan untuk selanjutnya dibakar.

“Selama mengunjungi Indonesia, baru kali ini saya melihat upacara ngaben tikus seperti ini. Ini tidak ada di belahan dunia manapun,” kata Lawrence Blair, seorang turis asal Inggris.



Ritual ngaben tikus di Desa Bedha ini sudah dilakukan warga turun temurun sejak jaman kerajaan di Kabupaten Tabanan. Ritual serupa juga pernah dilakukan pada tahun 1965 silam dan 2008 lalu.

Menurut Bendesa Desa Adat Bedha, Nyoman Surata, sebelum digelarnya ritual ngaben tikus, sebanyak seribu hektar lebih lahan sawah warga Desa Adat Bedha rusak diserang tikus. Dengan melakukan ritual ngaben tikus ini, warga desa percaya serangan hama tikus di sawah mereka akan berkurang.

“Intinya, ritual ini untuk pengendalian hama tikus secara ‘niskala’, disamping upaya-upaya ‘sekala’ seperti melakukan pengeropyokan tikus dan upaya pemberantasan hama lainnya. Ngaben tikus ini dilakukan jika serangan hama tikus sudah begitu sulit untuk diberantas.”

“Ngaben tikus ini dilakukan seperti ngaben manusia sebagai bentuk penghormatan terhadap sesama mahluk ciptaan Tuhan. Umat Hindu yang percaya reinkarnasi percaya tikus ini pernah hidup dalam bentuk lain di kehidupan sebelumnya maupun yang akan datang,” papar Nyoman Surata. (dev)

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami